Kamis, 08 Agustus 2013
Kamis, 25 Juli 2013
CERPEN (tugas bahasa indonesia)
Kaca mata dadu
Uhh…. Bajuku basah,, penuh
dengan keringat. Dengan score 2-1 teamku berhasil memenangkan pertandingan
futsal. Namaku toro. Oke…sekarang aku harus belajar fluida, karena besok aku
ulangan fisika. Aku ambil buku fisikaku di lemari
“mana bukunya… bukunya mana !”
aku langsung keluar kamar dan menghampiri ibuku.
“ibu,,, ibu tau bukuku yang di
lemari ga ?”
Ibuku masuk ke kamar dan
mengunci pintunya. ternyata Ibuku sedang menangis . hal itu yang dilakukan Ibu
satip hari. padahal dahulu keluargaku
adalah keluarga yang bisa dikatakan berekonomi sangat cukup, hanya karena dua buah
dadu dan kartu bisa dengan mudah merubah kehidupanku. Bahkan ayahku sampai tega
menjual buku pelajaranku.
karena dadu juga mataku kini
sudah tidak sempurna. -2 di sebelah
kanan dan -3 di sebelah kiri. Itu akibat sebuah dadu yang bersarang di mataku
akibat jony wolker yang di tenggak ayahku.
“Aduh kakiku terinjak!” teriak
Iksan, seorang teman yang setia menemaniku. yah… begitulah anak kelasku kalau
ada guru yang masuk.
“ selamat pagi…. Kita ulangan
hari ini.” Kata pak Romi, guru fisikaku.
Bel istirahat berbunyi
“ ro… ke kantin yuk !! Gue
traktir deh”. Yah itulah Ikhsan yang kehidupannya slalu damai, Berbeda
denganku!!
Aku duduk di kantin dan aku
melihat seorang wanita cantik sedang memesan minuman, Wina namanya. Pucuk
dicinta ulanpun tiba. Wina menghampiriku dan duduk di sebelahku sambil membuka
buku fisika.
“ Toro tolong ajarin aku dong”
kata Wina. Aku bingung kenapa Wina bertanya padaku.
“ kata pak Romi kamu sata-satunya siswa yang
mendapatkan nilai A di mata pelajaran fisika, wah hebat juga kamu ya….” Ujarnya
padaku.
Hampir 15 menit aku belajar
bersama Wina. Aku berharap wina membalas cintaku, tapi wina adalah anak orang
kaya dan wajahnyapun cantik. Keesokan harinya aku kembali duduk di kantin.
yah……. Maunya sih ketemu Wina lagi. Sambil menunggu, ikhsan memesan minuman
untukku,,
“ awas!! Gelasnya pecah !! aku
berteriak dengan kencang karena melihat gelas akan pecah. Semua orang menoleh
ke arahku dengan tatapan aneh, karena memang tidak ada gelas yang pecah. Ketika
semua orang selesai menoleh ke arahku gelas itu benar-benar pecah. Walau begitu aku pun merasa heran, bagaimana
caranya aku tahu sesuatu yang akan terjadi. Tapi.. mungkin hal itu adalah suatu
kebetulan saja.
Karena ku pikir hal sepele, tak
sedikitpun terlintas untuk memikirkan kejadian tadi siang. Akupun merasa sangat
letih, hingga mataku terpejam ketika aku duduk di sebuah kursi taman di dekat
sekolahku. Karena terlalu lelap aku tertidur, aku bermimpi sedang bermain bola
bersama teman sebayaku, karena suatu hal, aku sampai berkelahi, teman-temanku
berlari mengejarku, akupun tersangkut di salah satu ranting pohon sampai
terluka di bagian tanganku. Akupun terbangun dari tidurku, namun….. aku sangat
terkejut melihat tanganku terluka, bahkan yang kebih parahnya lagi, lengan
bajuku sobek sepeti apa yang aku alami di mimpiku. Padahal aku sangat yakin
bahwa aku hanya tertidur dan tidak tersangkut atau terjatuh sama sekali hari
ini.
Seketika akupun teringat
ayahku,aku pulang dan mengambil sebuah dadu dari lemariku, aku
membolak-balikannya,
“ahhh! Suatu saat aku pasti
akan menaklukanmu.” Teriakku sambil melempar dadunya ke tembok.
Sang mentari menyapaku kembali,
akupun pergi ke sekolah. Ketika aku sampai di gerbang sekolah, tiba-tiba pak
romi guru fisikaku menatap ku dengan serius. “Oh… mungkin karna aku pintar”. pikirku
Hari demi haripun terlewati, akhirnya aku lulus SMA dengan nilai yamg
sangat memuaskan.
Aku memutuskan bekerja karna
tidak ada biaya untuk kuliah. Perusahaan-perusahaan yang aku datangi, tidak ada
yang mau menerimaku, ternyata walaupun dulunya aku juara 2 olimpiade matematika
dan terkenal dengan kecerdasanku tarnyata selama ini hanyalah efek dari fokus,
konsentrasi, serta kekuatan pikiranku. Akupun mulai mencari tahu sesuatu yang
ternyata ku miliki tanpa ku ketahui.
Mulailah aku memperdalam dan
memusatkan semua pikiranku untuk memikirkan kejadian yang jelas-jelas tak
terjadi. Aku membayangkan sebuah pohon jatuh di dekat taman sekolah yang lalu.
Rasa penasaran terus menguasaiku, terus berjalan dan sampailah di taman tersebut,
dengan sangat heran aku melihat pohon yang ku pikirkan tadi. Benar-benar
terjadi. Sejak saat itu aku mengetahui kemampuan anehku. Hari demi hari
kuhabiskan waktuku di taman tersebut, tak pernah kubayangkan ternyata hidupku
penuh dengan kejutan yang tidak dimiiki oleh orang lain. Awalnya aku tak
menerima kenyataan ini. Sampai suatu hari, pak Romi guru fisikaku dulu
melihatku sedang duduk termenung. Ia pun bertanya dan aku pun menceritakan kejadian
aneh pada diriku.
Master mentalist. Ternyata
itulah profesi kedua dari pak romi, guru fisikaku. Sudah lama ia mengetahui hal
tersebut, dan karena hal itulah, mengapa semua nilaiku di sekolah sangat
memuaska, ia mamotivasikan dan menginspirasikanku
untuk menjadi seorang magiction dan mulai memperdalamnya.
Aku memulai karirku dengan
mencoba sebagai master of traditional magic. Dan sekarang aku adalah seorang
square magic. Karena itu adalah janjiku untuk menguasai dadu, karena
kebencianku terhadap dadu dan kartu.
Rasa ingin tahuku juga terjawab
sekarang, Wina yang ku anggap menyukaiku dulu, ternyata dipikirannya tidak
pernah terlintas sedikitpun tentang diriku. Harapankupun kandas.
Di tengah kesuksesanku sebagai
seorang mentalis, ibu yang sangat aku sayangi pergi meninggalkanku, sekarang
hidupku hanya dengan pak Romi dan keanehan yang kumiliki.Dan setelah aku pentas
aku selalu berkata
“siapapun juga, jangan mudah
terpengaruh, jangan mengandalkan sebuah keberuntungan. Karna perhitungan yang
mendominasi kita untuk kita tau langkah kedepan seperti apa”. Saya Toro dan
terima kasih.
Karya :
listorini abu bakar
XI.
IPA.4
TEKNIK ROWING PADA BRUNSTROOM
Rowing
- Terapis dan pasien duduk berhadapan.
- Silangkan kedua lengan anda (terapis) sehingga tangan kanan anda dapat menggenggam tangan kanan pasien, tangan kiri anda dan tangan kiri pasien.
- berikan tahanan saat pasien pronasi yaitu saat lengan sehat bergerak kearah lutut hemiplegi. Hal ini dapat merangsang timbulnya reaksi asosiasi ekstensi elbow pada sisi hemiplegi.
- Dalam waktu bersamaan, berikan bantuan gerak ekstensi lengan hemiplegi kearah lutut sehat.
- Masih memegang tangan pasien, arahkan gerak ke fleksi yang dikombinasi dengan supinasi.
- Ulangi step 3 s/d 5 sampai anda merasakan adanya gerak ekstensi aktif lengan hemiplegi.
- kemudian, berikan tahanan secara bilateral.
- Kemudian, penguatan usaha gerak voluntary anggota gerak hemiplegi dengan cara memerintahkan pasien mempertahankan melawan tahanan pada anggota gerak yang sakit.
- Fasilitasi ekstensor dengan cara mendorong ke belakang lengan hemiplegi kearah fleksi elbow, yang menyebabkan “quick stretch” pada triceps.
Weight bearing
Dapat diberikan
bila extensor synergy dapat terlihat (timbul) pada saat “gerak aktif”.
- Dalam posisi duduk, perintahkan pasien condong ke depan dengan lengan ekstensi yang tersupport pada busa.
- Berikan gosokan (stroking) atau ketukan (tapping) pada tendon m. triceps saat pasien mencoba mempertahankan weight bearing dengan kedua elbow ekstensi.
- Bila berhasil, perintahkan weight bearing lebih ditekankan pada lengan hemiplegi.
- Berikan ketukan/gosokan pada tendon m. triceps lagi.
- Dalam posisi weight bearing unilateral berikan aktifitas fungsional.
Stage IV ke V
Tujuan
treatment adalah untuk mengkondisikan synergy, yaitu merangsang gerak voluntary
yang mengandung komponen kedua synergy dengan cara menambah variasi gerak yang
mengarah pada deviasi synergy. Rangsangan proprioseptif dan eksteroseptif masih
digunakan pada stage ini namun refleks dan reaksi asosiasi sudah tidak
digunakan.
Gerak
deviasi synergy yang pertama pada stage IV adalah tangan ke punggung, dengan
kombinasi shoulder abduksi (flexor synergy) dengan elbow ekstensiserta forearm
pronasi (external synergy). Gerak ayunan lengan dan rotasi trunk akan
mempermudah gerak ini, dan akan lebih mudah bila dilakukan dengan berdiri
(kalau balance bagus). Bila gerak ini tidak dapat full dengan aktif, terapis
harus membantu agar bisa gerak full. Stroking pada dorsal tangan dapat
digunakan untuk merangsang gerak voluntary. Contoh aktifitas fungsional :
memakai ikat pinggang, memperagakan renang daya crawling, memasukkan baju dalam
celana.
Gerak
deviasi kedua : fleksi shoulder kearah horizontal dengan elbow ekstensi.
Bila tidak bisa
gerak aktif full, terapis membantunya. Sambil bergerak, tapping (ketukan) dapat
diberikan pada m. deltoid anterior dan middle. Stroking dapat diberikan pada
triceps, untuk mempertahankan ekstensi elbow. Gerakan ini dilakukan berulang.
Contoh aktifitas
: bentuk permainan yang ditempel di dinding.
Gerak deviasi ketiga : pronasi dan
supinasi dengan elbow fleksi 900. supinasi tidak akan menjadi
masalah bila tidak spastic. Problem biasanya terjadi saat harus menggabungkan
pronasi(extensor synergy) dengan fleksi elbow (flexor synergy).
Contoh aktifitas
: block printing, memutar sekrup, dll.
Bila aktifitas stage IV sudah
konsisten, aktifitas untuk stage V diberikan.
Pola gerak yang
dilakukan pasien pada stage V ini harus makin menjauhi synergy. Usaha gerak
berlebihan (excess efford) harus dihindari supaya tidak terjadi gerak
stereotipi. Gerak selalu diarahkan ke fungsional dan urutan gerak harus
diperhatikan.
Yang perlu
diperhatikan : jangan memberikan tarikan
pada sendi glenohumeral.
Bila
recovery stroke cepat, kemungkinan pasien dapat mencapai stage VI, namun banyak
sekali pasien yang tidak dapat mencapai stage VI dengan sempurna. Twichell
(1951) menyebutkan bahwa bila dalam waktu 10 hari pasien dapat recover pada
stage III dan IV maka ia akan “recovery complete”.
Retraining
control tangan dan pergelangan tangan
Bila tangan tidak dapat aktif fleksi
jari-jari (stage I) dan menggenggam(stage II) maka dapat dirangsang dengan
reaksi asosiasi gerakan menggenggam kuat pada sisi sehat atau dengan
mengadduksi scapula. Pada hemiplegi, biasanya fleksi Wirst selalu disertai
gerak menggenggam tangan, sehingga perlunya dikembangkan stabilitas eklstensi
wirst. Cara paling mudah bagi pasien untuk stabilisasi ekstensi wirst adalah saat
elbow ekstensi, sehingga latihan dimulai dengan posisi elbow ekstensi dan wirst
disupport oleh terapis. Ekstensor wirst dapat di fasilitasi dengan
memerintahkan gerak menggenggam. Bila sudah tampak perintahkan pasien
mempertahankan (hold) gerak menggenggamtersebut. Tapping pada ekstensor wirst
digunakan untuk fasilitasi.
METODE PROPIOCEPTIVE NEUROMUSCULAR FACILITATION
METODE PROPIOCEPTIVE NEUROMUSCULAR FACILITATION
PRINSIP TREATMENT
Dalam mengembangkan metode PNF,
terdapat sebelas prinsip dasar dari PNF. Prinsip-prinsip tersebut dikembangkan
dari konsep dalam bidang neurophysiology, motor learning, dan motor behavior.
Sebelas prinsip tersebut adalah:
- Semua manusia memiliki potensial (kecenderungan) tidak berkembang penuh.
Hal
ini merupakan dasar bersikap dalam mentreatment pasien. Kemampuan &
potensial yang dimiliki pasien menjadi berarti untuk mengurangi ketidakmampuan
yang dimiliki.
- Proses perkembangan yang normal dalam urutan cepalo-caudal dan proximo-distal.
Dalam
melakukan treatment, urutan yang diperhatikan pertama kali adalah dengan
memperhatikan perkembangan pergerakan dari kepala (head) dan leher (neck), lalu
trunk dan yang terakhir ekstremitas.
- Perilaku motorik awal didominasi oleh refleks. Perilaku motorik mature diperkuat oleh mekanisme refleks postural.
Dengan
kata lain, refleks muncul saat lahir tidak dapat dihilangkan secara
keseluruhan, tetapi menjadi satu dalam system saraf anak ketika ia mature (matang).
- Perkembangan perilaku motorik bergantian antara fleksi dan ekstensi.
Interaksi
antara pergerakan fleksi dan ekstensi sangat dibutuhkan dalam pergerakan
fungsional. Misalnya, saat akan tegak untuk berdiri, bagian superior depan
bergerak fleksi untuk merubah berat badan ke kaki. Hubungan timbal balik ini
menetapkan dasar dari perkembangan postur tubuh. Dalam treatment, terapis
mengaplikasikan prinsip ini dengan mengobservasi pergerakan pasien.
- Aktivitas bertujuan tersusun atas geakan yang berlawanan.
Pola
berlawanan dari aktivitas yang bertujuan dapat menjadi goal dalam treatment,
seperti gerakan yang berlawanan membantu untuk menegakkan kembali keseimbangan
dan interaksi antara sisi antagonis (sisi yang berlawanan).
- Perkembangan dan postur normal tergantung pada sinergi dan interaksi seimbang dari antagonisnya.
Dalam
melakukan treatment, pencegahan dan koreksi ketidakseimbangan antara sisi
antagonis dilakukan dalam bentuk objektif.
- Perkembangan perilaku motorik digambarkan dengan pola gerak dan postur yang urut.
Dalam
Okupasi Terapi, urutan perkembangan terlihat dalam aplikasi seperti aktivitas
fungsional yang bisa ditampilkan dalam berbagai postur yang bervariasi. Urutan
pola gerak tersebut adalah (1) simetris, (2) asimetris, (3) resiprokal, (4) ipsilateral,
(5) kontralateral, (6) diagonal resiprokal.
- Perkembangan motorik normal terjadi secara urut tetapi kualitas tiap tahap kurang.
Melakukan
aktivitas dalam perkembangan posur akan mempertinggi respon adaptive seseorang
untuk melakukan suatu tugas atau pergerakan.
- Peningkatan kemampuan motorik tergantung pada pembelajaran motorik (motor learning).
Konsep
dari pembelajaran motorik diaplikasikan untuk terapi latihan, yang dimana
digunakan OT dalam training aktivitas fungsional.
- Untuk merangsang dan meningkatkan motorik, kekuatan dan daya tahan dilakukan melalui aktivitas dan stimuli yang berulang-ulang.
Seperti
pasien anak-anak atau dewasa dalam mepelajari skill (kemampuan) yang baru
membutuhkan stimuli dan latihan dalam melaksanakan tugas yang telah dipelajari
agar tetap diingat.
- Aktivitas yang bertujuan dan teknik fasilitasi digunakan utnuk memperkuat pola jalan dan ADL.
Teknik
fasilitasi atau latihan sendiri tidak memiliki arti seperti ketika ketika
mereka (pasien) melakukannya dengan berpasangan saat beraktivitas. Demikian
pula aktivitas yang bertujuan saja tidak cukup dengan apa yang dibutuhkan
pasien.
PATTERN DALAM
TREATMENT
DIAGONAL PATTERNS
Untuk tiap bagain besar tubuh yaitu
kepala, leher, trunk, dan ekstremitas, terdapat dua pasang pattern (pola) pergerakan.
Tiap-tiap pasangan dari pola yang berlawanan (antagonistic) terdiri dari tiga
komponen pergerakan, yaitu fleksi & ekstensi, abduksi & adduksi, dan
ekternal & internal rotasi. Komponen fleksi & ekstensi dikombinasikan
dengan rotasi, apakah eksternal rotasi ataupun internal rotasi, dan dengan
abduksi atau adduksi.
Dalam PNF terbagi dua pembagian
besar diagonal patterns (pola diagonal), yaitul:
1. Unilateral
Patterns
No.
|
Diagonal
|
Pergerakan
|
Contoh Aktivitas Fungsional
|
1.
|
UE (upper
Extremity) D1 flexion (antagonist of D1 extension)
|
·
Scapula elevation, abduksi dan rotation.
·
Shoulder flexion, adduksi, dan external
rotation.
·
Flexi/ extensi elbow.
·
Forearm supinator.
·
Wrist flexion to radial side
·
Finger flexion dan adduksi.
·
Thumb adduksi.
|
·
Pergerakan tangan menuju mulut saat makan.
·
Berguling dari posisi supine ke posisi prone.
|
2.
|
UE D1
entension (antagonist of D1 flexion)
|
·
Scapula depression, adduksi, dan rotation.
·
Shoulder extension, abduksi, dan internal
rotation.
·
Flesi/ extensi elbow.
·
Forearm supintion.
·
Wrist extention to ulnar side.
·
Finger extension dan abduksi.
·
Thumb in palmar abduksi.
|
·
Mendorong pintu mobil dari dalam mobil.
·
Berguling dari posisi prone ke supine.
|
3.
|
UE D2 flexion
(antagonist of D2 extension)
|
·
Scapula elevation, adduksi, dan rotation.
·
Shoulder flexion, abduksi, dan eksternal
rotation.
·
Flesi/ extensi elbow.
·
Forearm supintion.
·
Wrist extention to radial side.
·
Finger extension dan abduksi.
·
Thumb extension.
|
·
Mengangkat raket tennis saat serve.
·
Gerakan balik saat berenang.
|
4.
|
UE D2 entension (antagonist of D2 flexion)
|
·
Scapula deppresion, abduksi, dan rotation.
·
Shoulder extension, adduksi, dan internal
rotation.
·
Flesi/ extensi elbow.
·
Forearm pronation.
·
Wrist flexion to ulnar side.
·
Finger flesion dan adduksi.
·
Thumb opposition.
|
·
Memukul bola tennis saat serve.
·
Melempar bola kasti.
|
5.
|
LE (Lower
Extremity) D1 flexion (antagonist of D1 extension)
|
·
Hip flexion, adduksi, dan external rotation.
·
Flexion/ extension knee.
·
Ankle & foot dorso flexion dengan
inversion & toe extension.
|
·
Menendang bola sepak.
·
Berguling dari posisi supine ke prone.
|
6.
|
LE D1
extension (antagonist of D1 flexion)
|
·
Hip extension, abduksi, dan internal rotation.
·
Flexion/ extension knee.
·
Ankle & foot plantar flexion dengan
eversion & toe flexion.
|
·
Berguling dari posisi prone ke supine.
|
7.
|
LE D2 flexion
(antagonist of D2 extension)
|
·
Hip flexion, abduksi, dan internal rotation.
·
Flexion/ extension knee.
·
Ankle & foot dorso flexion dengan eversion
& toe extension.
|
·
Tendangan karate
|
8.
|
LE D2
extension (antagonist of D2 flexion)
|
·
Hip extension, adduksi, dan external rotation.
·
Flexion/ extension knee.
·
Ankle & foot plantar flexion dengan
inversion & toe flexion.
|
·
Duduk yang lama dengan posisi kaki yang
menyilang.
|
2. Bilateral Pattern
- Symmetric patterns
Extremias yang berpasangan (kaki kanan& kaki kiri/ tangan
kanan & tangan kiri) melakukan gerakan yang sama dan dalam waktu yang
bersamaan. Contoh: tangan kanan dan tangan kiri sama-sama bergerak ke atas
dalam waktu yang bersamaan.
- Asymmetric patterns
Extremitas yang berpasangan melakukan gerakan ke salah satu
sisi tubuh dalam waktu yang bersamaan dimana terdapat fasilitasi rotasi trunk.
Contoh: tangan kanan dan tangan kiri sama-sama bergerak ke arah kanan atas
dalam waktu yang bersamaan.
- Reciprocal pattern
Extremitas yang berpasangan bergerak opposite (arah yang berlawanan)
pada waktu yang bersamaan. Contoh: tangan kanan bergerak ke kanan bawah dan
tangan kiri bergerak ke arah kiri atas dalam waktu yang bersamaan.
Kombinasi
pergerakan ekstremitas atas dan ekstremitas bawah.
Kombinasi
pergerakan Upper Extremity dan Lower Extremity dapat dilihat pada:
- Ipsilateral patterns
Extremitas pada sisi yang sama (tangan kanan dan kaki
kanan/ tangan kiri dan kaki kiri) melakukan gerakan ke arah yang sama dalam
waktu yang bersamaan. Contoh: tangan kanan dan kaki kanan sama-sama bergerak ke
arah atas dalam waktu yang bersamaan.
- Contralateral patterns
Ekstremitas pada sisi yang saling berlawanan (tangan
kanan dan kaki kiri/ tangan kiri dan kaki kanan) melakukan gerakan ke arah yang
sama dalam waktu yang bersamaan. Contoh: tangan kiri dan kaki kanan sama-sama bergerak
ke atas dalam waktu yang bersamaan.
- Diagonal reciprocal patterns
Ekstremitas pada sisi yang saling kontralaterla (berlawanan)
melakukan gerakan ke arah yang sama dan dalam waktu yang bersamaan, sementara
itu ekstremitas kontralateral yang berlawanan lainnya bergerak ke arah yang
berlawanan. Contoh: tangan kiri dan kaki kanan sama-sama bergerak ke atas,
sedangkan tangan kanan dan kaki kiri bergerak ke arah bawah semua pergerakan
dilakukakan dalam waktu yang bersamaan.
Kombinasi
pergerakan Upper Extremity dan Lower Extremity dapat dilihat pada aktivitas
merangkak dan berjalan.
TOTAL PATTERNS
Dalam PNF, perkembangan postur tubuh
biasa disebut dengan “total patterns” dari pergerakan dan postur. Total pattern
memerlukan interaksi antara komponen proximal (kepala, leher, trunk) dan distal
(ekstremitas). Penggunaan total patterns ini, dapat menguatkan pergerakan
ekstremitas individu.
ü
Total pattern dari pergerakan dan postur
didasari sebagai bagian dari proses perkembangan normal pada semua manusia.
ü
Pergerakan ke dalam dan ke luar dari total
pattern dan kemampuan untuk menopang postur dapat mempertinggi
komponen-komponen dalam perkembangan normal.
ü
Penggunaan total pattern dapat memperbaiki
kemampuan untuk memikul dan mempertahankan postur.
PROCEDURE
Berikut ini merupakan prosedur dasar
untuk memfasilitasi, yaitu:
·
Manual Contact
Yaitu
mengenai penempatan tangan terapis ke pasien. Pressure (tekanan) dari sentuhan
terapis digunakan sebagai mekanisme fasilitasi dan beberapa rangsangan sensory
membantu pasien dalam memahami persiapan arah gerakan yang akan dilakukan.
Caranya adalah dengan memberikan tekanan pada otot pembantu sehingga otot mampu
untuk berkontraksi. Sisi tangan dan atau kaki pasien sebaiknya diletakkan pada
posisi yang netral. Untuk mengontrol pergerakan dan menahan rotasi gerakan
(menstabilisasi), terapis menggunakan Lumbrical grip. Lumbrical grip memberikan
terapis kontrol yang baik dari pergerakan tanpa membuat pasien kesakitan.
Manual contact pada trunk pasien akan membantu pergerakan anggota tubuh yang dikontrol
melalui stabilisasi trunk.
·
Verbal
(instruksi)
Instruksi
secara verbal adalah untuk memberitahukan pasien apa yang akan dilakukan dan
kapan melakukannya. Terapis harus selalu mengingat instruksi apa saja yang
diberikan kepada pasien. Persiapan instruksi diperlukan agar instruksi yang
diberikan jelas dan konsisten. Pengaturan waktu pengucapan instruksi sangat
penting untuk mengkoordinasikan reaksi pasien dengan tangan terapis dan tahanan,
terutama ketika menggunakan reflex strech. Volume dari pengucapan instruksi
dapat mempengaruhi kekuatan dari kontraksi otot. Terapis sebaiknya memberikan
instruksi dengan nada suara yang agak keras ketika yang diinginkan berkontraksi
adalah otot yang kuat, dan menggunakan nada suara yang lembut ketika ingin
merlaksasikan otot atau menghilangkan nyeri. Instruksi yang diberikan terdiri
dari 3 tahap, yaitu:
1)
Persiapan :
menjelaskan kepada pasien gerakan yang akan dilakukan.
2)
Bergerak :
katakan kepada pasien untuk memulai gerakan
3)
Mengkoreksi :
katakan kepada pasien bagaimana membetulkan gerakan yang salah.
·
Body
position dan body mechanics
Tubuh
terapis sebaiknya segaris/ sebaris dengan gerakan yang diinginkan. Dengan
menggunakan berat tubuh, terapis dapat memberikan tahanan yang agak diperlama
tanpa menibulkan rasa sakit.tangan yang relax dapat membuat terapis merasakan
respon dari pasien.
·
Vision
Pergerakan
mata dapat mempengaruhi pergerakan antara kepala dan tubuh. Kontak mata antara
pasien dan terapis memberikan kesempatan komunikasi dan membantu untuk
memastikan interaksi yang kooperatif.
·
Resistance
Dalam
treatment, resistance juga digunakan untuk:
1)
Fasilitasi kemampuan kontraksi otot.
2)
Meningkatkan motor control.
3)
Membantu pasien memperoleh awareness dari suatu
gerakan.
4)
Meningkat kekuatan
Terapis perlu
memperhatikan resistance agar resistance tidak menyebabkan rasa nyeri atau
lelah.
·
Irradiation
dan Reiforcement
Irradiation
adalah sebagai penyebar respon ke stimulasi. Respon ini dapat dilihat sebagai
peningkatan fasilitasi (kontraksi) atau inhibisi (relaksasi) pada otot yang
bersinergis dan pola dari pergerakan.
Reinforcement.
Dalam kamus Webster’s Ninth New Colegiate Dictionary, reinforce memiliki arti
“penguatan otot yang lemah dengan menggunakan tambahan baru, membuat lebih
kuat”. Terapis mengarahkan reinforcement otot yang lemah dengan menambah jumlah
tahanan yang diberikan untuk menguatkan otot. Penambahan jumlah tahanan dan
tipe kontraksi otot disesuaikan dengan kondisi pasien dan goal yang diinginkan dari
melakukan treatment.
·
Traction
atau approximation
Traction adalah
pemanjangan trunk atau ekstremitas. Traction digunakan untuk:
1)
Fasilitasi gerakan, terutama gerakan menarik dan
gerakan melawan gravitasi.
2)
Penambahan dalam pemanjangan jaringan otot ketika
menggunakan reflex strech.
3)
Tahanan dibeberapa bagian pergerakan. Contohnya,
menggunakan traction saat memulai flexi shoulder untuk menahan elevasi scapula.
4)
Pengaruh traction dapat membantu ketika mentreatment
pasien dengan nyeri sendi.
Approximation
adalah penekanan trunk atau ekstremitas. Approximation digunakan untuk:
1)
Membantu stabilisasi.
2)
Fasilitas weight-bearing dan kontraksi dari otot yang
melawan gravitasi.
3)
Menahan beberapa komponen pergerakan. Contohnya,
menggunakan approximation diakhir fleksi shoulder untuk menahan elevasi
scapula.
Approximation
ada 2 cara, yaitu:
ü
Quick approximation : kekuatan penekanan diberikan secara cepat (langsung) untuk
memperoleh reflex-type responses.
ü
Slow approximation : kekuatan penekanan diberikan secara berangsur-angsur
meningkat sebagai toleransi kepada pasien.
·
Strech
Stimulus
strech digunakan selama aktivitas normal sebagai persiapan gerakan untuk
fasilitasi kontraksi otot.
·
Timing
Timing
merupakan rangkaian/ urutan dari pergerakan. Normal timing dari banyak koordinasi
dan efesiensi gerakan dilakukan dari distal ke proximal.
·
Patterns
Pola
fasilitasi dapat menjadi satu pertimbangan dari prosedur dasar dari PNF.
Pattern/ pola ini sudah dijelaskan dibagian sebelumnya.
TECHNIQUE
Teknik-teknik dalam PNF adalah
sebagai berikut:
- Technique
directed to the agonist. (Teknik membawa ke arah yang sakit)
ü
Repeated contractions
Adalah teknik yang didasari oleh asumsi bahwa pengulangan aktivitas
penting untuk motor learning dan membantu membangun kekuatan, ROM, dan daya
tahan. Gerakan volunteer pasien difasilitasi dengan strech (penguluran) dan
resistance (tahanan) menggunakan kontaksi isometric dan isotonic.
ü
Rhythmic initiation
Digunakan untuk meningkatkan kemampuan memulai gerakan. Biasanya dapat
dilihat pada pasien Parkinson dan apraxia. Teknik ini membutuhkan relaksasi volunteer,
gerakan pasif, dan pengulangan kontraksi isotonic dari pola yang sakit
(agonistic).
- Reserval of
antagonists technique (teknik membalikkan ke sisi antagonis)
Teknik ini didasari oleh Sherringtom’s principle of
successive induction, dimana kekuatan sisi antagonis memfasilitasi kelemahan
sisi yang sakit (agonis). Agonist difasilitasi melalui tahanan ke sisi
antagonis. Kontraksi dari sisi antagonnis bisa berupa isotonic, isometric, atau
kombinasi. Teknik ini biasanya digunakan untuk pasien dengan nyeri dan
spastisitas.
ü
Slow reversal
Adalah kontraksi isotonic dari sisi antagonis yang
kemudian diikuti oleh kontraksi isotonic dari sisi yang sakit. Slow
reserval-hold memiliki urutan yang sama dengan kontraksi isometric di akhir jarak.
ü
Rhythmic stabilization
Digunakan untuk meningkatkan stabilisasi dengan
memperoleh stimulasi (rangsangan) dari kontraksi isometric dari kelompok otot
sisi yang berlawanan (antagonis).
- Relaxation
technique (teknik relaksasi)
Teknik relaksasi efektif untuk meningkatkan ROM,
terutama sekali pada kondisi nyeri dan spastis, dimana memungkinkan peningkatan
ROM melalui passive stretch.
ü
Contact-relax
Gerakan ini diikuti oleh relaksasi, kemudian pergerakan
pasif menuju agonistic pattern (pole sisi yang sakit). Prosedur ini diulang
pada tiap poin dalam ROM dimana terdapat keterbatasan (limitas) yang bisa
dirasakan. Contact-relax digunakan ketika terjadi pergerakan aktif pada
antagonistic pattern.
ü
Hold-relax
Dilakukan pada waktu yang sama seperti pada
contact-relax tetapi meliputi kontraksi isometric dari sisi antagonis, yang
diikuti oleh relaksasi, kemudian gerakan aktif menuju agonistic pattern. Teknik
ini bermanfaat untuk pasien Reflex sympathetic Dystrophy (RSD) selama melakukan
aktivitas self-care seperti menyampokan rambut.
ü
Slow reversal-hold-relax
Dimulai dengan kontraksi isotonic, diikuti oleh
kontraksi isometric, kemudian oleh relaksasi antagonistic pattern (pola sisi
yang berlawanan), dan kemudian oleh gerakan aktif agonistic pattern. Teknik ini
dapat membantu untuk meningkatkan ekstensi siku (exetensi elbow) untuk
aktivitas seperti mengambil benda di lantai.
ü
Rhythmic rotation
Sangat efektif untuk mengurangi spastisitas dan
meningkatkan ROM. Terapis menggerakan bagian tubuh pasien secara pasif sesuai
dengan pattern (pola) yang diinginkan. Teknik ini efektif untuk mempersiapkan
pasien paraplegi dengan terdapat spastisitas atau clonus pada Lower
Extremity-nya untuk menarik celana dan juga dalam mempersiapkan pembuatan splin
untuk extremitas yang spastic.
Propioceptive
Neuromuscular Facilitation merupakan metode yang menggunakan input
multisensory. Sehingga koordinasi dan timing input sensory sangat penting dalam
memperoleh respon pasien yang diinginkan. Agar PNF dapat digunakan secara efektif,
sangat penting bagi terapis untuk:
ü
Memahami urutan perkembangan.
ü
Mempelajari diagonal pattern (pola diagonal) dan
bagaimana pola tersebut digunakan dalam ADL.
ü
Mengetahui kapan dan bagaimana menggunakan
teknik fasilitasi & relaksasi.
ü
Mengaplikasikan pattern (pola) dan teknik
fasilitasi untuk mengevaluasi dan mentreatment pasien.
Daftar Pustaka
Adler, SS.,
Beckers, D., Buck, M. 2000. PNF in Practice, 2nd revised edition. Germany :
Springer.
Trombly,
Chaterine A. 2002. Occupational Therapy for Physical Dysfunction. Fifth ed. Baltimore : Lippincot
Williams & Wilkins.
Langganan:
Postingan (Atom)