Kamis, 25 Juli 2013

CERPEN (tugas bahasa indonesia)

Kaca mata dadu

Uhh…. Bajuku basah,, penuh dengan keringat. Dengan score 2-1 teamku berhasil memenangkan pertandingan futsal. Namaku toro. Oke…sekarang aku harus belajar fluida, karena besok aku ulangan fisika. Aku ambil buku fisikaku di lemari
“mana bukunya… bukunya mana !” aku langsung keluar kamar dan menghampiri ibuku.
“ibu,,, ibu tau bukuku yang di lemari ga ?”

Ibuku masuk ke kamar dan mengunci pintunya. ternyata Ibuku sedang menangis . hal itu yang dilakukan Ibu satip hari.  padahal dahulu keluargaku adalah keluarga yang bisa  dikatakan  berekonomi sangat cukup, hanya karena dua buah dadu dan kartu bisa dengan mudah merubah kehidupanku. Bahkan ayahku sampai tega menjual buku pelajaranku.
karena dadu juga mataku kini sudah tidak sempurna.  -2 di sebelah kanan dan -3 di sebelah kiri. Itu akibat sebuah dadu yang bersarang di mataku akibat jony wolker yang di tenggak ayahku.

“Aduh kakiku terinjak!” teriak Iksan, seorang teman yang setia menemaniku. yah… begitulah anak kelasku kalau ada guru yang masuk.
“ selamat pagi…. Kita ulangan hari ini.” Kata pak Romi, guru fisikaku.
 Bel istirahat berbunyi
“ ro… ke kantin yuk !! Gue traktir deh”. Yah itulah Ikhsan yang kehidupannya slalu damai, Berbeda denganku!!
Aku duduk di kantin dan aku melihat seorang wanita cantik sedang memesan minuman, Wina namanya. Pucuk dicinta ulanpun tiba. Wina menghampiriku dan duduk di sebelahku sambil membuka buku fisika.
“ Toro tolong ajarin aku dong” kata Wina. Aku bingung kenapa Wina bertanya padaku.
“  kata pak Romi kamu sata-satunya siswa yang mendapatkan nilai A di mata pelajaran fisika, wah hebat juga kamu ya….” Ujarnya padaku.
Hampir 15 menit aku belajar bersama Wina. Aku berharap wina membalas cintaku, tapi wina adalah anak orang kaya dan wajahnyapun cantik. Keesokan harinya aku kembali duduk di kantin. yah……. Maunya sih ketemu Wina lagi. Sambil menunggu, ikhsan memesan minuman untukku,,
“ awas!! Gelasnya pecah !! aku berteriak dengan kencang karena melihat gelas akan pecah. Semua orang menoleh ke arahku dengan tatapan aneh, karena memang tidak ada gelas yang pecah. Ketika semua orang selesai menoleh ke arahku gelas itu benar-benar pecah.  Walau begitu aku pun merasa heran, bagaimana caranya aku tahu sesuatu yang akan terjadi. Tapi.. mungkin hal itu adalah suatu kebetulan saja.
Karena ku pikir hal sepele, tak sedikitpun terlintas untuk memikirkan kejadian tadi siang. Akupun merasa sangat letih, hingga mataku terpejam ketika aku duduk di sebuah kursi taman di dekat sekolahku. Karena terlalu lelap aku tertidur, aku bermimpi sedang bermain bola bersama teman sebayaku, karena suatu hal, aku sampai berkelahi, teman-temanku berlari mengejarku, akupun tersangkut di salah satu ranting pohon sampai terluka di bagian tanganku. Akupun terbangun dari tidurku, namun….. aku sangat terkejut melihat tanganku terluka, bahkan yang kebih parahnya lagi, lengan bajuku sobek sepeti apa yang aku alami di mimpiku. Padahal aku sangat yakin bahwa aku hanya tertidur dan tidak tersangkut atau terjatuh sama sekali hari ini.
Seketika akupun teringat ayahku,aku pulang dan mengambil sebuah dadu dari lemariku, aku membolak-balikannya,
“ahhh! Suatu saat aku pasti akan menaklukanmu.” Teriakku sambil melempar dadunya ke tembok.
Sang mentari menyapaku kembali, akupun pergi ke sekolah. Ketika aku sampai di gerbang sekolah, tiba-tiba pak romi guru fisikaku menatap ku dengan serius. “Oh… mungkin karna aku pintar”. pikirku
Hari demi haripun terlewati,  akhirnya aku lulus SMA dengan nilai yamg sangat memuaskan.
Aku memutuskan bekerja karna tidak ada biaya untuk kuliah. Perusahaan-perusahaan yang aku datangi, tidak ada yang mau menerimaku, ternyata walaupun dulunya aku juara 2 olimpiade matematika dan terkenal dengan kecerdasanku tarnyata selama ini hanyalah efek dari fokus, konsentrasi, serta kekuatan pikiranku. Akupun mulai mencari tahu sesuatu yang ternyata ku miliki tanpa ku ketahui.
Mulailah aku memperdalam dan memusatkan semua pikiranku untuk memikirkan kejadian yang jelas-jelas tak terjadi. Aku membayangkan sebuah pohon jatuh di dekat taman sekolah yang lalu. Rasa penasaran terus menguasaiku, terus berjalan dan sampailah di taman tersebut, dengan sangat heran aku melihat pohon yang ku pikirkan tadi. Benar-benar terjadi. Sejak saat itu aku mengetahui kemampuan anehku. Hari demi hari kuhabiskan waktuku di taman tersebut, tak pernah kubayangkan ternyata hidupku penuh dengan kejutan yang tidak dimiiki oleh orang lain. Awalnya aku tak menerima kenyataan ini. Sampai suatu hari, pak Romi guru fisikaku dulu melihatku sedang duduk termenung. Ia pun bertanya dan aku pun menceritakan kejadian aneh pada diriku.

Master mentalist. Ternyata itulah profesi kedua dari pak romi, guru fisikaku. Sudah lama ia mengetahui hal tersebut, dan karena hal itulah, mengapa semua nilaiku di sekolah sangat memuaska, ia mamotivasikan dan  menginspirasikanku untuk menjadi seorang magiction dan mulai memperdalamnya.

Aku memulai karirku dengan mencoba sebagai master of traditional magic. Dan sekarang aku adalah seorang square magic. Karena itu adalah janjiku untuk menguasai dadu, karena kebencianku terhadap dadu  dan kartu.
Rasa ingin tahuku juga terjawab sekarang, Wina yang ku anggap menyukaiku dulu, ternyata dipikirannya tidak pernah terlintas sedikitpun tentang diriku. Harapankupun kandas.
Di tengah kesuksesanku sebagai seorang mentalis, ibu yang sangat aku sayangi pergi meninggalkanku, sekarang hidupku hanya dengan pak Romi dan keanehan yang kumiliki.Dan setelah aku pentas aku selalu berkata
“siapapun juga, jangan mudah terpengaruh, jangan mengandalkan sebuah keberuntungan. Karna perhitungan yang mendominasi kita untuk kita tau langkah kedepan seperti apa”. Saya Toro dan terima kasih.


Karya : listorini abu bakar
XI. IPA.4




         

TEKNIK ROWING PADA BRUNSTROOM

Rowing
  1. Terapis dan pasien duduk berhadapan.
  2. Silangkan kedua lengan anda (terapis) sehingga tangan kanan anda dapat menggenggam tangan kanan pasien, tangan kiri anda dan tangan kiri pasien.
  3. berikan tahanan saat pasien pronasi yaitu saat lengan sehat bergerak kearah lutut hemiplegi. Hal ini dapat merangsang timbulnya reaksi asosiasi ekstensi elbow pada sisi hemiplegi.
  4. Dalam waktu bersamaan, berikan bantuan gerak ekstensi lengan hemiplegi kearah lutut sehat.
  5. Masih memegang tangan pasien, arahkan gerak ke fleksi yang dikombinasi dengan supinasi.
  6. Ulangi step 3 s/d 5 sampai anda merasakan adanya gerak ekstensi aktif lengan hemiplegi.
  7. kemudian, berikan tahanan secara bilateral.
  8. Kemudian, penguatan usaha gerak voluntary anggota gerak hemiplegi dengan cara memerintahkan pasien mempertahankan melawan tahanan pada anggota gerak yang sakit.
  9. Fasilitasi ekstensor dengan cara mendorong ke belakang lengan hemiplegi kearah fleksi elbow, yang menyebabkan “quick stretch” pada triceps.

Weight bearing
Dapat diberikan bila extensor synergy dapat terlihat (timbul) pada saat “gerak aktif”.
  1. Dalam posisi duduk, perintahkan pasien condong ke depan dengan lengan ekstensi yang tersupport pada busa.
  2. Berikan gosokan (stroking) atau ketukan (tapping) pada tendon m. triceps saat pasien mencoba mempertahankan weight bearing dengan kedua elbow ekstensi.
  3. Bila berhasil, perintahkan weight bearing lebih ditekankan pada lengan hemiplegi.
  4. Berikan ketukan/gosokan pada tendon m. triceps lagi.
  5. Dalam posisi weight bearing unilateral berikan aktifitas fungsional.

Stage IV ke V
Tujuan treatment adalah untuk mengkondisikan synergy, yaitu merangsang gerak voluntary yang mengandung komponen kedua synergy dengan cara menambah variasi gerak yang mengarah pada deviasi synergy. Rangsangan proprioseptif dan eksteroseptif masih digunakan pada stage ini namun refleks dan reaksi asosiasi sudah tidak digunakan.
Gerak deviasi synergy yang pertama pada stage IV adalah tangan ke punggung, dengan kombinasi shoulder abduksi (flexor synergy) dengan elbow ekstensiserta forearm pronasi (external synergy). Gerak ayunan lengan dan rotasi trunk akan mempermudah gerak ini, dan akan lebih mudah bila dilakukan dengan berdiri (kalau balance bagus). Bila gerak ini tidak dapat full dengan aktif, terapis harus membantu agar bisa gerak full. Stroking pada dorsal tangan dapat digunakan untuk merangsang gerak voluntary. Contoh aktifitas fungsional : memakai ikat pinggang, memperagakan renang daya crawling, memasukkan baju dalam celana.
Gerak deviasi kedua : fleksi shoulder kearah horizontal dengan elbow ekstensi.
Bila tidak bisa gerak aktif full, terapis membantunya. Sambil bergerak, tapping (ketukan) dapat diberikan pada m. deltoid anterior dan middle. Stroking dapat diberikan pada triceps, untuk mempertahankan ekstensi elbow. Gerakan ini dilakukan berulang.
Contoh aktifitas : bentuk permainan yang ditempel di dinding.
            Gerak deviasi ketiga : pronasi dan supinasi dengan elbow fleksi 900. supinasi tidak akan menjadi masalah bila tidak spastic. Problem biasanya terjadi saat harus menggabungkan pronasi(extensor synergy) dengan fleksi elbow (flexor synergy).
Contoh aktifitas : block printing, memutar sekrup, dll.

            Bila aktifitas stage IV sudah konsisten, aktifitas untuk stage V diberikan.
Pola gerak yang dilakukan pasien pada stage V ini harus makin menjauhi synergy. Usaha gerak berlebihan (excess efford) harus dihindari supaya tidak terjadi gerak stereotipi. Gerak selalu diarahkan ke fungsional dan urutan gerak harus diperhatikan.
Yang perlu diperhatikan : jangan memberikan tarikan pada sendi glenohumeral.
            Bila recovery stroke cepat, kemungkinan pasien dapat mencapai stage VI, namun banyak sekali pasien yang tidak dapat mencapai stage VI dengan sempurna. Twichell (1951) menyebutkan bahwa bila dalam waktu 10 hari pasien dapat recover pada stage III dan IV maka ia akan “recovery complete”.


Retraining control tangan dan pergelangan tangan
            Bila tangan tidak dapat aktif fleksi jari-jari (stage I) dan menggenggam(stage II) maka dapat dirangsang dengan reaksi asosiasi gerakan menggenggam kuat pada sisi sehat atau dengan mengadduksi scapula. Pada hemiplegi, biasanya fleksi Wirst selalu disertai gerak menggenggam tangan, sehingga perlunya dikembangkan stabilitas eklstensi wirst. Cara paling mudah bagi pasien untuk stabilisasi ekstensi wirst adalah saat elbow ekstensi, sehingga latihan dimulai dengan posisi elbow ekstensi dan wirst disupport oleh terapis. Ekstensor wirst dapat di fasilitasi dengan memerintahkan gerak menggenggam. Bila sudah tampak perintahkan pasien mempertahankan (hold) gerak menggenggamtersebut. Tapping pada ekstensor wirst digunakan untuk fasilitasi.

           


METODE PROPIOCEPTIVE NEUROMUSCULAR FACILITATION


METODE PROPIOCEPTIVE NEUROMUSCULAR FACILITATION 

PRINSIP TREATMENT

            Dalam mengembangkan metode PNF, terdapat sebelas prinsip dasar dari PNF. Prinsip-prinsip tersebut dikembangkan dari konsep dalam bidang neurophysiology, motor learning, dan motor behavior. Sebelas prinsip tersebut adalah:
  1. Semua manusia memiliki potensial (kecenderungan) tidak berkembang penuh.
Hal ini merupakan dasar bersikap dalam mentreatment pasien. Kemampuan & potensial yang dimiliki pasien menjadi berarti untuk mengurangi ketidakmampuan yang dimiliki.
  1. Proses perkembangan yang normal dalam urutan cepalo-caudal dan proximo-distal.
Dalam melakukan treatment, urutan yang diperhatikan pertama kali adalah dengan memperhatikan perkembangan pergerakan dari kepala (head) dan leher (neck), lalu trunk dan yang terakhir ekstremitas.
  1. Perilaku motorik awal didominasi oleh refleks. Perilaku motorik mature diperkuat oleh mekanisme refleks postural.
Dengan kata lain, refleks muncul saat lahir tidak dapat dihilangkan secara keseluruhan, tetapi menjadi satu dalam system saraf anak ketika ia mature (matang).
  1. Perkembangan perilaku motorik bergantian antara fleksi dan ekstensi.
Interaksi antara pergerakan fleksi dan ekstensi sangat dibutuhkan dalam pergerakan fungsional. Misalnya, saat akan tegak untuk berdiri, bagian superior depan bergerak fleksi untuk merubah berat badan ke kaki. Hubungan timbal balik ini menetapkan dasar dari perkembangan postur tubuh. Dalam treatment, terapis mengaplikasikan prinsip ini dengan mengobservasi pergerakan pasien.
  1. Aktivitas bertujuan tersusun atas geakan yang berlawanan.
Pola berlawanan dari aktivitas yang bertujuan dapat menjadi goal dalam treatment, seperti gerakan yang berlawanan membantu untuk menegakkan kembali keseimbangan dan interaksi antara sisi antagonis (sisi yang berlawanan).
  1. Perkembangan dan postur normal tergantung pada sinergi dan interaksi seimbang dari antagonisnya.
Dalam melakukan treatment, pencegahan dan koreksi ketidakseimbangan antara sisi antagonis dilakukan dalam bentuk objektif.
  1. Perkembangan perilaku motorik digambarkan dengan pola gerak dan postur yang urut.
Dalam Okupasi Terapi, urutan perkembangan terlihat dalam aplikasi seperti aktivitas fungsional yang bisa ditampilkan dalam berbagai postur yang bervariasi. Urutan pola gerak tersebut adalah (1) simetris, (2) asimetris, (3) resiprokal, (4) ipsilateral, (5) kontralateral, (6) diagonal resiprokal.
  1. Perkembangan motorik normal terjadi secara urut tetapi kualitas tiap tahap kurang.
Melakukan aktivitas dalam perkembangan posur akan mempertinggi respon adaptive seseorang untuk melakukan suatu tugas atau pergerakan.
  1. Peningkatan kemampuan motorik tergantung pada pembelajaran motorik (motor learning).
Konsep dari pembelajaran motorik diaplikasikan untuk terapi latihan, yang dimana digunakan OT dalam training aktivitas fungsional.
  1. Untuk merangsang dan meningkatkan motorik, kekuatan dan daya tahan dilakukan melalui aktivitas dan stimuli yang berulang-ulang.
Seperti pasien anak-anak atau dewasa dalam mepelajari skill (kemampuan) yang baru membutuhkan stimuli dan latihan dalam melaksanakan tugas yang telah dipelajari agar tetap diingat.
  1. Aktivitas yang bertujuan dan teknik fasilitasi digunakan utnuk memperkuat pola jalan dan ADL.
Teknik fasilitasi atau latihan sendiri tidak memiliki arti seperti ketika ketika mereka (pasien) melakukannya dengan berpasangan saat beraktivitas. Demikian pula aktivitas yang bertujuan saja tidak cukup dengan apa yang dibutuhkan pasien.

PATTERN DALAM TREATMENT

DIAGONAL PATTERNS
            Untuk tiap bagain besar tubuh yaitu kepala, leher, trunk, dan ekstremitas, terdapat dua pasang pattern (pola) pergerakan. Tiap-tiap pasangan dari pola yang berlawanan (antagonistic) terdiri dari tiga komponen pergerakan, yaitu fleksi & ekstensi, abduksi & adduksi, dan ekternal & internal rotasi. Komponen fleksi & ekstensi dikombinasikan dengan rotasi, apakah eksternal rotasi ataupun internal rotasi, dan dengan abduksi atau adduksi.
            Dalam PNF terbagi dua pembagian besar diagonal patterns (pola diagonal), yaitul:
1. Unilateral Patterns
No.
Diagonal
Pergerakan
Contoh Aktivitas Fungsional
1.
UE (upper Extremity) D1 flexion (antagonist of D1 extension)
·     Scapula elevation, abduksi dan rotation.
·     Shoulder flexion, adduksi, dan external rotation.
·     Flexi/ extensi elbow.
·     Forearm supinator.
·     Wrist flexion to radial side
·     Finger flexion dan adduksi.
·     Thumb adduksi.
·  Pergerakan tangan menuju mulut saat makan.
·  Berguling dari posisi supine ke posisi prone.
2.
UE D1 entension (antagonist of D1 flexion)
·     Scapula depression, adduksi, dan rotation.
·     Shoulder extension, abduksi, dan internal rotation.
·     Flesi/ extensi elbow.
·     Forearm supintion.
·     Wrist extention to ulnar side.
·     Finger extension dan abduksi.
·     Thumb in palmar abduksi.
·     Mendorong pintu mobil dari dalam mobil.
·     Berguling dari posisi prone ke supine.
3.
UE D2 flexion (antagonist of D2 extension)
·     Scapula elevation, adduksi, dan rotation.
·     Shoulder flexion, abduksi, dan eksternal rotation.
·     Flesi/ extensi elbow.
·     Forearm supintion.
·     Wrist extention to radial side.
·     Finger extension dan abduksi.
·     Thumb extension.
·     Mengangkat raket tennis saat serve.
·     Gerakan balik saat berenang.
4.
UE  D2 entension (antagonist of D2 flexion)
·     Scapula deppresion, abduksi, dan rotation.
·     Shoulder extension, adduksi, dan internal rotation.
·     Flesi/ extensi elbow.
·     Forearm pronation.
·     Wrist flexion to ulnar side.
·     Finger flesion dan adduksi.
·     Thumb opposition.
·     Memukul bola tennis saat serve.
·     Melempar bola kasti.
5.
LE (Lower Extremity) D1 flexion (antagonist of D1 extension)
·     Hip flexion, adduksi, dan external rotation.
·     Flexion/ extension knee.
·     Ankle & foot dorso flexion dengan inversion & toe extension.
·     Menendang bola sepak.
·     Berguling dari posisi supine ke prone.
6.
LE D1 extension (antagonist of D1 flexion)
·     Hip extension, abduksi, dan internal rotation.
·     Flexion/ extension knee.
·     Ankle & foot plantar flexion dengan eversion & toe flexion.
·     Berguling dari posisi prone ke supine.
7.
LE D2 flexion (antagonist of D2 extension)
·     Hip flexion, abduksi, dan internal rotation.
·     Flexion/ extension knee.
·     Ankle & foot dorso flexion dengan eversion & toe extension.
·     Tendangan karate
8.
LE D2 extension (antagonist of D2 flexion)
·     Hip extension, adduksi, dan external rotation.
·     Flexion/ extension knee.
·     Ankle & foot plantar flexion dengan inversion & toe flexion.
·     Duduk yang lama dengan posisi kaki yang menyilang.

2. Bilateral Pattern
  • Symmetric patterns
Extremias yang berpasangan (kaki kanan& kaki kiri/ tangan kanan & tangan kiri) melakukan gerakan yang sama dan dalam waktu yang bersamaan. Contoh: tangan kanan dan tangan kiri sama-sama bergerak ke atas dalam waktu yang bersamaan.
  • Asymmetric patterns
Extremitas yang berpasangan melakukan gerakan ke salah satu sisi tubuh dalam waktu yang bersamaan dimana terdapat fasilitasi rotasi trunk. Contoh: tangan kanan dan tangan kiri sama-sama bergerak ke arah kanan atas dalam waktu yang bersamaan.
  • Reciprocal pattern
Extremitas yang berpasangan bergerak opposite (arah yang berlawanan) pada waktu yang bersamaan. Contoh: tangan kanan bergerak ke kanan bawah dan tangan kiri bergerak ke arah kiri atas dalam waktu yang bersamaan.

Kombinasi pergerakan ekstremitas atas dan ekstremitas bawah.
Kombinasi pergerakan Upper Extremity dan Lower Extremity dapat dilihat pada:
  • Ipsilateral patterns
Extremitas pada sisi yang sama (tangan kanan dan kaki kanan/ tangan kiri dan kaki kiri) melakukan gerakan ke arah yang sama dalam waktu yang bersamaan. Contoh: tangan kanan dan kaki kanan sama-sama bergerak ke arah atas dalam waktu yang bersamaan.
  • Contralateral patterns
Ekstremitas pada sisi yang saling berlawanan (tangan kanan dan kaki kiri/ tangan kiri dan kaki kanan) melakukan gerakan ke arah yang sama dalam waktu yang bersamaan. Contoh: tangan kiri dan kaki kanan sama-sama bergerak ke atas dalam waktu yang bersamaan.
  • Diagonal reciprocal patterns
Ekstremitas pada sisi yang saling kontralaterla (berlawanan) melakukan gerakan ke arah yang sama dan dalam waktu yang bersamaan, sementara itu ekstremitas kontralateral yang berlawanan lainnya bergerak ke arah yang berlawanan. Contoh: tangan kiri dan kaki kanan sama-sama bergerak ke atas, sedangkan tangan kanan dan kaki kiri bergerak ke arah bawah semua pergerakan dilakukakan dalam waktu yang bersamaan.
Kombinasi pergerakan Upper Extremity dan Lower Extremity dapat dilihat pada aktivitas merangkak dan berjalan.
            Ada beberapa keuntungan yang dapat diambil dalam menggunakan pola diagonal (diagonal pattern), yaitu menyilang garis tengah (midline), tiap otot mempunyai pola yang optimal ditiap fungsinya, diagonal patterns menggunakan group otot, dan rotasi selalu merupakan komponen dalam diagonal. Dalam melakukan treatment, atensi sebaiknya difokuskan pada penempatan aktivitas sehingga terjadi pergerakan dalam diagonal tubuh.

TOTAL PATTERNS
            Dalam PNF, perkembangan postur tubuh biasa disebut dengan “total patterns” dari pergerakan dan postur. Total pattern memerlukan interaksi antara komponen proximal (kepala, leher, trunk) dan distal (ekstremitas). Penggunaan total patterns ini, dapat menguatkan pergerakan ekstremitas individu.
            Ada beberapa fakta yang mendukung penggunaan total pattern ini dalam mentreatment dengan metode PNF, yaitu:
ü      Total pattern dari pergerakan dan postur didasari sebagai bagian dari proses perkembangan normal pada semua manusia.
ü      Pergerakan ke dalam dan ke luar dari total pattern dan kemampuan untuk menopang postur dapat mempertinggi komponen-komponen dalam perkembangan normal.
ü      Penggunaan total pattern dapat memperbaiki kemampuan untuk memikul dan mempertahankan postur.

PROCEDURE

            Berikut ini merupakan prosedur dasar untuk memfasilitasi, yaitu:
·        Manual Contact
Yaitu mengenai penempatan tangan terapis ke pasien. Pressure (tekanan) dari sentuhan terapis digunakan sebagai mekanisme fasilitasi dan beberapa rangsangan sensory membantu pasien dalam memahami persiapan arah gerakan yang akan dilakukan. Caranya adalah dengan memberikan tekanan pada otot pembantu sehingga otot mampu untuk berkontraksi. Sisi tangan dan atau kaki pasien sebaiknya diletakkan pada posisi yang netral. Untuk mengontrol pergerakan dan menahan rotasi gerakan (menstabilisasi), terapis menggunakan Lumbrical grip. Lumbrical grip memberikan terapis kontrol yang baik dari pergerakan tanpa membuat pasien kesakitan. Manual contact pada trunk pasien akan membantu pergerakan anggota tubuh yang dikontrol melalui stabilisasi trunk.

·        Verbal (instruksi)
Instruksi secara verbal adalah untuk memberitahukan pasien apa yang akan dilakukan dan kapan melakukannya. Terapis harus selalu mengingat instruksi apa saja yang diberikan kepada pasien. Persiapan instruksi diperlukan agar instruksi yang diberikan jelas dan konsisten. Pengaturan waktu pengucapan instruksi sangat penting untuk mengkoordinasikan reaksi pasien dengan tangan terapis dan tahanan, terutama ketika menggunakan reflex strech. Volume dari pengucapan instruksi dapat mempengaruhi kekuatan dari kontraksi otot. Terapis sebaiknya memberikan instruksi dengan nada suara yang agak keras ketika yang diinginkan berkontraksi adalah otot yang kuat, dan menggunakan nada suara yang lembut ketika ingin merlaksasikan otot atau menghilangkan nyeri. Instruksi yang diberikan terdiri dari 3 tahap, yaitu:
1)      Persiapan         : menjelaskan kepada pasien gerakan yang akan dilakukan.
2)      Bergerak          : katakan kepada pasien untuk memulai gerakan
3)      Mengkoreksi    : katakan kepada pasien bagaimana membetulkan gerakan yang salah.

·        Body position dan body mechanics
Tubuh terapis sebaiknya segaris/ sebaris dengan gerakan yang diinginkan. Dengan menggunakan berat tubuh, terapis dapat memberikan tahanan yang agak diperlama tanpa menibulkan rasa sakit.tangan yang relax dapat membuat terapis merasakan respon dari pasien.

·        Vision
Pergerakan mata dapat mempengaruhi pergerakan antara kepala dan tubuh. Kontak mata antara pasien dan terapis memberikan kesempatan komunikasi dan membantu untuk memastikan interaksi yang kooperatif.

·        Resistance
Dalam treatment, resistance juga digunakan untuk:
1)      Fasilitasi kemampuan kontraksi otot.
2)      Meningkatkan motor control.
3)      Membantu pasien memperoleh awareness dari suatu gerakan.
4)      Meningkat kekuatan
Terapis perlu memperhatikan resistance agar resistance tidak menyebabkan rasa nyeri atau lelah.

·        Irradiation dan Reiforcement
Irradiation adalah sebagai penyebar respon ke stimulasi. Respon ini dapat dilihat sebagai peningkatan fasilitasi (kontraksi) atau inhibisi (relaksasi) pada otot yang bersinergis dan pola dari pergerakan.
Reinforcement. Dalam kamus Webster’s Ninth New Colegiate Dictionary, reinforce memiliki arti “penguatan otot yang lemah dengan menggunakan tambahan baru, membuat lebih kuat”. Terapis mengarahkan reinforcement otot yang lemah dengan menambah jumlah tahanan yang diberikan untuk menguatkan otot. Penambahan jumlah tahanan dan tipe kontraksi otot disesuaikan dengan kondisi pasien dan goal yang diinginkan dari melakukan treatment.

·        Traction atau approximation
Traction adalah pemanjangan trunk atau ekstremitas. Traction digunakan untuk:
1)      Fasilitasi gerakan, terutama gerakan menarik dan gerakan melawan gravitasi.
2)      Penambahan dalam pemanjangan jaringan otot ketika menggunakan reflex strech.
3)      Tahanan dibeberapa bagian pergerakan. Contohnya, menggunakan traction saat memulai flexi shoulder untuk menahan elevasi scapula.
4)      Pengaruh traction dapat membantu ketika mentreatment pasien dengan nyeri sendi.
Approximation adalah penekanan trunk atau ekstremitas. Approximation digunakan untuk:
1)      Membantu stabilisasi.
2)      Fasilitas weight-bearing dan kontraksi dari otot yang melawan gravitasi.
3)      Menahan beberapa komponen pergerakan. Contohnya, menggunakan approximation diakhir fleksi shoulder untuk menahan elevasi scapula.
Approximation ada 2 cara, yaitu:
ü      Quick approximation    : kekuatan penekanan diberikan secara cepat (langsung) untuk memperoleh reflex-type responses.
ü      Slow approximation      : kekuatan penekanan diberikan secara berangsur-angsur meningkat sebagai toleransi kepada pasien.

·        Strech
Stimulus strech digunakan selama aktivitas normal sebagai persiapan gerakan untuk fasilitasi kontraksi otot.

·        Timing
Timing merupakan rangkaian/ urutan dari pergerakan. Normal timing dari banyak koordinasi dan efesiensi gerakan dilakukan dari distal ke proximal.
·        Patterns
Pola fasilitasi dapat menjadi satu pertimbangan dari prosedur dasar dari PNF. Pattern/ pola ini sudah dijelaskan dibagian sebelumnya.

TECHNIQUE

            Teknik-teknik dalam PNF adalah sebagai berikut:
  1. Technique directed to the agonist. (Teknik membawa ke arah yang sakit)
ü      Repeated contractions
Adalah teknik yang didasari oleh asumsi bahwa pengulangan aktivitas penting untuk motor learning dan membantu membangun kekuatan, ROM, dan daya tahan. Gerakan volunteer pasien difasilitasi dengan strech (penguluran) dan resistance (tahanan) menggunakan kontaksi isometric dan isotonic.
ü      Rhythmic initiation
Digunakan untuk meningkatkan kemampuan memulai gerakan. Biasanya dapat dilihat pada pasien Parkinson dan apraxia. Teknik ini membutuhkan relaksasi volunteer, gerakan pasif, dan pengulangan kontraksi isotonic dari pola yang sakit (agonistic).

  1. Reserval of antagonists technique (teknik membalikkan ke sisi antagonis)
Teknik ini didasari oleh Sherringtom’s principle of successive induction, dimana kekuatan sisi antagonis memfasilitasi kelemahan sisi yang sakit (agonis). Agonist difasilitasi melalui tahanan ke sisi antagonis. Kontraksi dari sisi antagonnis bisa berupa isotonic, isometric, atau kombinasi. Teknik ini biasanya digunakan untuk pasien dengan nyeri dan spastisitas.
ü      Slow reversal
Adalah kontraksi isotonic dari sisi antagonis yang kemudian diikuti oleh kontraksi isotonic dari sisi yang sakit. Slow reserval-hold memiliki urutan yang sama dengan kontraksi isometric di akhir jarak.
ü      Rhythmic stabilization
Digunakan untuk meningkatkan stabilisasi dengan memperoleh stimulasi (rangsangan) dari kontraksi isometric dari kelompok otot sisi yang berlawanan (antagonis).

  1. Relaxation technique (teknik relaksasi)
Teknik relaksasi efektif untuk meningkatkan ROM, terutama sekali pada kondisi nyeri dan spastis, dimana memungkinkan peningkatan ROM melalui passive stretch.
ü      Contact-relax
Gerakan ini diikuti oleh relaksasi, kemudian pergerakan pasif menuju agonistic pattern (pole sisi yang sakit). Prosedur ini diulang pada tiap poin dalam ROM dimana terdapat keterbatasan (limitas) yang bisa dirasakan. Contact-relax digunakan ketika terjadi pergerakan aktif pada antagonistic pattern.
ü      Hold-relax
Dilakukan pada waktu yang sama seperti pada contact-relax tetapi meliputi kontraksi isometric dari sisi antagonis, yang diikuti oleh relaksasi, kemudian gerakan aktif menuju agonistic pattern. Teknik ini bermanfaat untuk pasien Reflex sympathetic Dystrophy (RSD) selama melakukan aktivitas self-care seperti menyampokan rambut.
ü      Slow reversal-hold-relax
Dimulai dengan kontraksi isotonic, diikuti oleh kontraksi isometric, kemudian oleh relaksasi antagonistic pattern (pola sisi yang berlawanan), dan kemudian oleh gerakan aktif agonistic pattern. Teknik ini dapat membantu untuk meningkatkan ekstensi siku (exetensi elbow) untuk aktivitas seperti mengambil benda di lantai.
ü      Rhythmic rotation
Sangat efektif untuk mengurangi spastisitas dan meningkatkan ROM. Terapis menggerakan bagian tubuh pasien secara pasif sesuai dengan pattern (pola) yang diinginkan. Teknik ini efektif untuk mempersiapkan pasien paraplegi dengan terdapat spastisitas atau clonus pada Lower Extremity-nya untuk menarik celana dan juga dalam mempersiapkan pembuatan splin untuk extremitas yang spastic.

Propioceptive Neuromuscular Facilitation merupakan metode yang menggunakan input multisensory. Sehingga koordinasi dan timing input sensory sangat penting dalam memperoleh respon pasien yang diinginkan. Agar PNF dapat digunakan secara efektif, sangat penting bagi terapis untuk:
ü      Memahami urutan perkembangan.
ü      Mempelajari diagonal pattern (pola diagonal) dan bagaimana pola tersebut digunakan dalam ADL.
ü      Mengetahui kapan dan bagaimana menggunakan teknik fasilitasi & relaksasi.
ü      Mengaplikasikan pattern (pola) dan teknik fasilitasi untuk mengevaluasi dan mentreatment pasien.

Daftar Pustaka

Pedretti, Lorraine William. 1996. Occupational Therapy Practice Skill for Physical Dysfunction, 5th ed. USA: CV Mosby.

Adler, SS., Beckers, D., Buck, M. 2000. PNF in Practice, 2nd revised edition. Germany: Springer.

Trombly, Chaterine A. 2002. Occupational Therapy for Physical Dysfunction. Fifth ed. Baltimore: Lippincot Williams & Wilkins.