METODE PROPIOCEPTIVE NEUROMUSCULAR FACILITATION
PRINSIP TREATMENT
Dalam mengembangkan metode PNF,
terdapat sebelas prinsip dasar dari PNF. Prinsip-prinsip tersebut dikembangkan
dari konsep dalam bidang neurophysiology, motor learning, dan motor behavior.
Sebelas prinsip tersebut adalah:
- Semua manusia memiliki potensial (kecenderungan) tidak
berkembang penuh.
Hal
ini merupakan dasar bersikap dalam mentreatment pasien. Kemampuan &
potensial yang dimiliki pasien menjadi berarti untuk mengurangi ketidakmampuan
yang dimiliki.
- Proses perkembangan yang normal dalam urutan
cepalo-caudal dan proximo-distal.
Dalam
melakukan treatment, urutan yang diperhatikan pertama kali adalah dengan
memperhatikan perkembangan pergerakan dari kepala (head) dan leher (neck), lalu
trunk dan yang terakhir ekstremitas.
- Perilaku motorik awal didominasi oleh refleks.
Perilaku motorik mature diperkuat oleh mekanisme refleks postural.
Dengan
kata lain, refleks muncul saat lahir tidak dapat dihilangkan secara
keseluruhan, tetapi menjadi satu dalam system saraf anak ketika ia mature (matang).
- Perkembangan perilaku motorik bergantian antara
fleksi dan ekstensi.
Interaksi
antara pergerakan fleksi dan ekstensi sangat dibutuhkan dalam pergerakan
fungsional. Misalnya, saat akan tegak untuk berdiri, bagian superior depan
bergerak fleksi untuk merubah berat badan ke kaki. Hubungan timbal balik ini
menetapkan dasar dari perkembangan postur tubuh. Dalam treatment, terapis
mengaplikasikan prinsip ini dengan mengobservasi pergerakan pasien.
- Aktivitas bertujuan tersusun atas geakan yang
berlawanan.
Pola
berlawanan dari aktivitas yang bertujuan dapat menjadi goal dalam treatment,
seperti gerakan yang berlawanan membantu untuk menegakkan kembali keseimbangan
dan interaksi antara sisi antagonis (sisi yang berlawanan).
- Perkembangan dan postur normal tergantung pada
sinergi dan interaksi seimbang dari antagonisnya.
Dalam
melakukan treatment, pencegahan dan koreksi ketidakseimbangan antara sisi
antagonis dilakukan dalam bentuk objektif.
- Perkembangan perilaku motorik digambarkan dengan pola
gerak dan postur yang urut.
Dalam
Okupasi Terapi, urutan perkembangan terlihat dalam aplikasi seperti aktivitas
fungsional yang bisa ditampilkan dalam berbagai postur yang bervariasi. Urutan
pola gerak tersebut adalah (1) simetris, (2) asimetris, (3) resiprokal, (4) ipsilateral,
(5) kontralateral, (6) diagonal resiprokal.
- Perkembangan motorik normal terjadi secara urut
tetapi kualitas tiap tahap kurang.
Melakukan
aktivitas dalam perkembangan posur akan mempertinggi respon adaptive seseorang
untuk melakukan suatu tugas atau pergerakan.
- Peningkatan kemampuan motorik tergantung pada
pembelajaran motorik (motor learning).
Konsep
dari pembelajaran motorik diaplikasikan untuk terapi latihan, yang dimana
digunakan OT dalam training aktivitas fungsional.
- Untuk merangsang dan meningkatkan motorik, kekuatan
dan daya tahan dilakukan melalui aktivitas dan stimuli yang
berulang-ulang.
Seperti
pasien anak-anak atau dewasa dalam mepelajari skill (kemampuan) yang baru
membutuhkan stimuli dan latihan dalam melaksanakan tugas yang telah dipelajari
agar tetap diingat.
- Aktivitas yang bertujuan dan teknik fasilitasi
digunakan utnuk memperkuat pola jalan dan ADL.
Teknik
fasilitasi atau latihan sendiri tidak memiliki arti seperti ketika ketika
mereka (pasien) melakukannya dengan berpasangan saat beraktivitas. Demikian
pula aktivitas yang bertujuan saja tidak cukup dengan apa yang dibutuhkan
pasien.
PATTERN DALAM
TREATMENT
DIAGONAL PATTERNS
Untuk tiap bagain besar tubuh yaitu
kepala, leher, trunk, dan ekstremitas, terdapat dua pasang pattern (pola) pergerakan.
Tiap-tiap pasangan dari pola yang berlawanan (antagonistic) terdiri dari tiga
komponen pergerakan, yaitu fleksi & ekstensi, abduksi & adduksi, dan
ekternal & internal rotasi. Komponen fleksi & ekstensi dikombinasikan
dengan rotasi, apakah eksternal rotasi ataupun internal rotasi, dan dengan
abduksi atau adduksi.
Dalam PNF terbagi dua pembagian
besar diagonal patterns (pola diagonal), yaitul:
1. Unilateral
Patterns
No.
|
Diagonal
|
Pergerakan
|
Contoh Aktivitas Fungsional
|
1.
|
UE (upper
Extremity) D1 flexion (antagonist of D1 extension)
|
·
Scapula elevation, abduksi dan rotation.
·
Shoulder flexion, adduksi, dan external
rotation.
·
Flexi/ extensi elbow.
·
Forearm supinator.
·
Wrist flexion to radial side
·
Finger flexion dan adduksi.
·
Thumb adduksi.
|
·
Pergerakan tangan menuju mulut saat makan.
·
Berguling dari posisi supine ke posisi prone.
|
2.
|
UE D1
entension (antagonist of D1 flexion)
|
·
Scapula depression, adduksi, dan rotation.
·
Shoulder extension, abduksi, dan internal
rotation.
·
Flesi/ extensi elbow.
·
Forearm supintion.
·
Wrist extention to ulnar side.
·
Finger extension dan abduksi.
·
Thumb in palmar abduksi.
|
·
Mendorong pintu mobil dari dalam mobil.
·
Berguling dari posisi prone ke supine.
|
3.
|
UE D2 flexion
(antagonist of D2 extension)
|
·
Scapula elevation, adduksi, dan rotation.
·
Shoulder flexion, abduksi, dan eksternal
rotation.
·
Flesi/ extensi elbow.
·
Forearm supintion.
·
Wrist extention to radial side.
·
Finger extension dan abduksi.
·
Thumb extension.
|
·
Mengangkat raket tennis saat serve.
·
Gerakan balik saat berenang.
|
4.
|
UE D2 entension (antagonist of D2 flexion)
|
·
Scapula deppresion, abduksi, dan rotation.
·
Shoulder extension, adduksi, dan internal
rotation.
·
Flesi/ extensi elbow.
·
Forearm pronation.
·
Wrist flexion to ulnar side.
·
Finger flesion dan adduksi.
·
Thumb opposition.
|
·
Memukul bola tennis saat serve.
·
Melempar bola kasti.
|
5.
|
LE (Lower
Extremity) D1 flexion (antagonist of D1 extension)
|
·
Hip flexion, adduksi, dan external rotation.
·
Flexion/ extension knee.
·
Ankle & foot dorso flexion dengan
inversion & toe extension.
|
·
Menendang bola sepak.
·
Berguling dari posisi supine ke prone.
|
6.
|
LE D1
extension (antagonist of D1 flexion)
|
·
Hip extension, abduksi, dan internal rotation.
·
Flexion/ extension knee.
·
Ankle & foot plantar flexion dengan
eversion & toe flexion.
|
·
Berguling dari posisi prone ke supine.
|
7.
|
LE D2 flexion
(antagonist of D2 extension)
|
·
Hip flexion, abduksi, dan internal rotation.
·
Flexion/ extension knee.
·
Ankle & foot dorso flexion dengan eversion
& toe extension.
|
·
Tendangan karate
|
8.
|
LE D2
extension (antagonist of D2 flexion)
|
·
Hip extension, adduksi, dan external rotation.
·
Flexion/ extension knee.
·
Ankle & foot plantar flexion dengan
inversion & toe flexion.
|
·
Duduk yang lama dengan posisi kaki yang
menyilang.
|
2. Bilateral Pattern
Extremias yang berpasangan (kaki kanan& kaki kiri/ tangan
kanan & tangan kiri) melakukan gerakan yang sama dan dalam waktu yang
bersamaan. Contoh: tangan kanan dan tangan kiri sama-sama bergerak ke atas
dalam waktu yang bersamaan.
Extremitas yang berpasangan melakukan gerakan ke salah satu
sisi tubuh dalam waktu yang bersamaan dimana terdapat fasilitasi rotasi trunk.
Contoh: tangan kanan dan tangan kiri sama-sama bergerak ke arah kanan atas
dalam waktu yang bersamaan.
Extremitas yang berpasangan bergerak opposite (arah yang berlawanan)
pada waktu yang bersamaan. Contoh: tangan kanan bergerak ke kanan bawah dan
tangan kiri bergerak ke arah kiri atas dalam waktu yang bersamaan.
Kombinasi
pergerakan ekstremitas atas dan ekstremitas bawah.
Kombinasi
pergerakan Upper Extremity dan Lower Extremity dapat dilihat pada:
Extremitas pada sisi yang sama (tangan kanan dan kaki
kanan/ tangan kiri dan kaki kiri) melakukan gerakan ke arah yang sama dalam
waktu yang bersamaan. Contoh: tangan kanan dan kaki kanan sama-sama bergerak ke
arah atas dalam waktu yang bersamaan.
Ekstremitas pada sisi yang saling berlawanan (tangan
kanan dan kaki kiri/ tangan kiri dan kaki kanan) melakukan gerakan ke arah yang
sama dalam waktu yang bersamaan. Contoh: tangan kiri dan kaki kanan sama-sama bergerak
ke atas dalam waktu yang bersamaan.
- Diagonal reciprocal patterns
Ekstremitas pada sisi yang saling kontralaterla (berlawanan)
melakukan gerakan ke arah yang sama dan dalam waktu yang bersamaan, sementara
itu ekstremitas kontralateral yang berlawanan lainnya bergerak ke arah yang
berlawanan. Contoh: tangan kiri dan kaki kanan sama-sama bergerak ke atas,
sedangkan tangan kanan dan kaki kiri bergerak ke arah bawah semua pergerakan
dilakukakan dalam waktu yang bersamaan.
Kombinasi
pergerakan Upper Extremity dan Lower Extremity dapat dilihat pada aktivitas
merangkak dan berjalan.
Ada beberapa keuntungan yang dapat diambil
dalam menggunakan pola diagonal (diagonal pattern), yaitu menyilang garis
tengah (midline), tiap otot mempunyai pola yang optimal ditiap fungsinya,
diagonal patterns menggunakan group otot, dan rotasi selalu merupakan komponen
dalam diagonal. Dalam melakukan treatment, atensi sebaiknya difokuskan pada
penempatan aktivitas sehingga terjadi pergerakan dalam diagonal tubuh.
TOTAL PATTERNS
Dalam PNF, perkembangan postur tubuh
biasa disebut dengan “total patterns” dari pergerakan dan postur. Total pattern
memerlukan interaksi antara komponen proximal (kepala, leher, trunk) dan distal
(ekstremitas). Penggunaan total patterns ini, dapat menguatkan pergerakan
ekstremitas individu.
Ada beberapa fakta yang mendukung penggunaan
total pattern ini dalam mentreatment dengan metode PNF, yaitu:
ü
Total pattern dari pergerakan dan postur
didasari sebagai bagian dari proses perkembangan normal pada semua manusia.
ü
Pergerakan ke dalam dan ke luar dari total
pattern dan kemampuan untuk menopang postur dapat mempertinggi
komponen-komponen dalam perkembangan normal.
ü
Penggunaan total pattern dapat memperbaiki
kemampuan untuk memikul dan mempertahankan postur.
PROCEDURE
Berikut ini merupakan prosedur dasar
untuk memfasilitasi, yaitu:
·
Manual Contact
Yaitu
mengenai penempatan tangan terapis ke pasien. Pressure (tekanan) dari sentuhan
terapis digunakan sebagai mekanisme fasilitasi dan beberapa rangsangan sensory
membantu pasien dalam memahami persiapan arah gerakan yang akan dilakukan.
Caranya adalah dengan memberikan tekanan pada otot pembantu sehingga otot mampu
untuk berkontraksi. Sisi tangan dan atau kaki pasien sebaiknya diletakkan pada
posisi yang netral. Untuk mengontrol pergerakan dan menahan rotasi gerakan
(menstabilisasi), terapis menggunakan Lumbrical grip. Lumbrical grip memberikan
terapis kontrol yang baik dari pergerakan tanpa membuat pasien kesakitan.
Manual contact pada trunk pasien akan membantu pergerakan anggota tubuh yang dikontrol
melalui stabilisasi trunk.
·
Verbal
(instruksi)
Instruksi
secara verbal adalah untuk memberitahukan pasien apa yang akan dilakukan dan
kapan melakukannya. Terapis harus selalu mengingat instruksi apa saja yang
diberikan kepada pasien. Persiapan instruksi diperlukan agar instruksi yang
diberikan jelas dan konsisten. Pengaturan waktu pengucapan instruksi sangat
penting untuk mengkoordinasikan reaksi pasien dengan tangan terapis dan tahanan,
terutama ketika menggunakan reflex strech. Volume dari pengucapan instruksi
dapat mempengaruhi kekuatan dari kontraksi otot. Terapis sebaiknya memberikan
instruksi dengan nada suara yang agak keras ketika yang diinginkan berkontraksi
adalah otot yang kuat, dan menggunakan nada suara yang lembut ketika ingin
merlaksasikan otot atau menghilangkan nyeri. Instruksi yang diberikan terdiri
dari 3 tahap, yaitu:
1)
Persiapan :
menjelaskan kepada pasien gerakan yang akan dilakukan.
2)
Bergerak :
katakan kepada pasien untuk memulai gerakan
3)
Mengkoreksi :
katakan kepada pasien bagaimana membetulkan gerakan yang salah.
·
Body
position dan body mechanics
Tubuh
terapis sebaiknya segaris/ sebaris dengan gerakan yang diinginkan. Dengan
menggunakan berat tubuh, terapis dapat memberikan tahanan yang agak diperlama
tanpa menibulkan rasa sakit.tangan yang relax dapat membuat terapis merasakan
respon dari pasien.
·
Vision
Pergerakan
mata dapat mempengaruhi pergerakan antara kepala dan tubuh. Kontak mata antara
pasien dan terapis memberikan kesempatan komunikasi dan membantu untuk
memastikan interaksi yang kooperatif.
·
Resistance
Dalam
treatment, resistance juga digunakan untuk:
1)
Fasilitasi kemampuan kontraksi otot.
2)
Meningkatkan motor control.
3)
Membantu pasien memperoleh awareness dari suatu
gerakan.
4)
Meningkat kekuatan
Terapis perlu
memperhatikan resistance agar resistance tidak menyebabkan rasa nyeri atau
lelah.
·
Irradiation
dan Reiforcement
Irradiation
adalah sebagai penyebar respon ke stimulasi. Respon ini dapat dilihat sebagai
peningkatan fasilitasi (kontraksi) atau inhibisi (relaksasi) pada otot yang
bersinergis dan pola dari pergerakan.
Reinforcement.
Dalam kamus Webster’s Ninth New Colegiate Dictionary, reinforce memiliki arti
“penguatan otot yang lemah dengan menggunakan tambahan baru, membuat lebih
kuat”. Terapis mengarahkan reinforcement otot yang lemah dengan menambah jumlah
tahanan yang diberikan untuk menguatkan otot. Penambahan jumlah tahanan dan
tipe kontraksi otot disesuaikan dengan kondisi pasien dan goal yang diinginkan dari
melakukan treatment.
·
Traction
atau approximation
Traction adalah
pemanjangan trunk atau ekstremitas. Traction digunakan untuk:
1)
Fasilitasi gerakan, terutama gerakan menarik dan
gerakan melawan gravitasi.
2)
Penambahan dalam pemanjangan jaringan otot ketika
menggunakan reflex strech.
3)
Tahanan dibeberapa bagian pergerakan. Contohnya,
menggunakan traction saat memulai flexi shoulder untuk menahan elevasi scapula.
4)
Pengaruh traction dapat membantu ketika mentreatment
pasien dengan nyeri sendi.
Approximation
adalah penekanan trunk atau ekstremitas. Approximation digunakan untuk:
1)
Membantu stabilisasi.
2)
Fasilitas weight-bearing dan kontraksi dari otot yang
melawan gravitasi.
3)
Menahan beberapa komponen pergerakan. Contohnya,
menggunakan approximation diakhir fleksi shoulder untuk menahan elevasi
scapula.
Approximation
ada 2 cara, yaitu:
ü
Quick approximation : kekuatan penekanan diberikan secara cepat (langsung) untuk
memperoleh reflex-type responses.
ü
Slow approximation : kekuatan penekanan diberikan secara berangsur-angsur
meningkat sebagai toleransi kepada pasien.
·
Strech
Stimulus
strech digunakan selama aktivitas normal sebagai persiapan gerakan untuk
fasilitasi kontraksi otot.
·
Timing
Timing
merupakan rangkaian/ urutan dari pergerakan. Normal timing dari banyak koordinasi
dan efesiensi gerakan dilakukan dari distal ke proximal.
·
Patterns
Pola
fasilitasi dapat menjadi satu pertimbangan dari prosedur dasar dari PNF.
Pattern/ pola ini sudah dijelaskan dibagian sebelumnya.
TECHNIQUE
Teknik-teknik dalam PNF adalah
sebagai berikut:
- Technique
directed to the agonist. (Teknik membawa ke arah yang sakit)
ü
Repeated contractions
Adalah teknik yang didasari oleh asumsi bahwa pengulangan aktivitas
penting untuk motor learning dan membantu membangun kekuatan, ROM, dan daya
tahan. Gerakan volunteer pasien difasilitasi dengan strech (penguluran) dan
resistance (tahanan) menggunakan kontaksi isometric dan isotonic.
ü
Rhythmic initiation
Digunakan untuk meningkatkan kemampuan memulai gerakan. Biasanya dapat
dilihat pada pasien Parkinson dan apraxia. Teknik ini membutuhkan relaksasi volunteer,
gerakan pasif, dan pengulangan kontraksi isotonic dari pola yang sakit
(agonistic).
- Reserval of
antagonists technique (teknik membalikkan ke sisi antagonis)
Teknik ini didasari oleh Sherringtom’s principle of
successive induction, dimana kekuatan sisi antagonis memfasilitasi kelemahan
sisi yang sakit (agonis). Agonist difasilitasi melalui tahanan ke sisi
antagonis. Kontraksi dari sisi antagonnis bisa berupa isotonic, isometric, atau
kombinasi. Teknik ini biasanya digunakan untuk pasien dengan nyeri dan
spastisitas.
ü
Slow reversal
Adalah kontraksi isotonic dari sisi antagonis yang
kemudian diikuti oleh kontraksi isotonic dari sisi yang sakit. Slow
reserval-hold memiliki urutan yang sama dengan kontraksi isometric di akhir jarak.
ü
Rhythmic stabilization
Digunakan untuk meningkatkan stabilisasi dengan
memperoleh stimulasi (rangsangan) dari kontraksi isometric dari kelompok otot
sisi yang berlawanan (antagonis).
- Relaxation
technique (teknik relaksasi)
Teknik relaksasi efektif untuk meningkatkan ROM,
terutama sekali pada kondisi nyeri dan spastis, dimana memungkinkan peningkatan
ROM melalui passive stretch.
ü
Contact-relax
Gerakan ini diikuti oleh relaksasi, kemudian pergerakan
pasif menuju agonistic pattern (pole sisi yang sakit). Prosedur ini diulang
pada tiap poin dalam ROM dimana terdapat keterbatasan (limitas) yang bisa
dirasakan. Contact-relax digunakan ketika terjadi pergerakan aktif pada
antagonistic pattern.
ü
Hold-relax
Dilakukan pada waktu yang sama seperti pada
contact-relax tetapi meliputi kontraksi isometric dari sisi antagonis, yang
diikuti oleh relaksasi, kemudian gerakan aktif menuju agonistic pattern. Teknik
ini bermanfaat untuk pasien Reflex sympathetic Dystrophy (RSD) selama melakukan
aktivitas self-care seperti menyampokan rambut.
ü
Slow reversal-hold-relax
Dimulai dengan kontraksi isotonic, diikuti oleh
kontraksi isometric, kemudian oleh relaksasi antagonistic pattern (pola sisi
yang berlawanan), dan kemudian oleh gerakan aktif agonistic pattern. Teknik ini
dapat membantu untuk meningkatkan ekstensi siku (exetensi elbow) untuk
aktivitas seperti mengambil benda di lantai.
ü
Rhythmic rotation
Sangat efektif untuk mengurangi spastisitas dan
meningkatkan ROM. Terapis menggerakan bagian tubuh pasien secara pasif sesuai
dengan pattern (pola) yang diinginkan. Teknik ini efektif untuk mempersiapkan
pasien paraplegi dengan terdapat spastisitas atau clonus pada Lower
Extremity-nya untuk menarik celana dan juga dalam mempersiapkan pembuatan splin
untuk extremitas yang spastic.
Propioceptive
Neuromuscular Facilitation merupakan metode yang menggunakan input
multisensory. Sehingga koordinasi dan timing input sensory sangat penting dalam
memperoleh respon pasien yang diinginkan. Agar PNF dapat digunakan secara efektif,
sangat penting bagi terapis untuk:
ü
Memahami urutan perkembangan.
ü
Mempelajari diagonal pattern (pola diagonal) dan
bagaimana pola tersebut digunakan dalam ADL.
ü
Mengetahui kapan dan bagaimana menggunakan
teknik fasilitasi & relaksasi.
ü
Mengaplikasikan pattern (pola) dan teknik
fasilitasi untuk mengevaluasi dan mentreatment pasien.
Daftar Pustaka
Pedretti, Lorraine
William. 1996. Occupational Therapy
Practice Skill for Physical Dysfunction, 5th ed. USA: CV Mosby.
Adler, SS.,
Beckers, D., Buck, M. 2000. PNF in Practice, 2nd revised edition. Germany:
Springer.
Trombly,
Chaterine A. 2002. Occupational Therapy for Physical Dysfunction. Fifth ed. Baltimore: Lippincot
Williams & Wilkins.