Kamis, 25 Juli 2013

Kategori Bermain (tugasPsikologi)

Kategori Bermain


a.  Unoccupied play (bermain tidak sibuk)
Pada tahap ini anak tidak benar-benar terlibat dalam kegiatan bermain, melainkan hanya mengamati kejadian di sekelilingnya yang menarik perhatian anak. Bila tidak ada hal yang menarik, anak akan menyibukkan diri dengan melakukan berbagai hal, seperti memainkan anggota tubuhnya, mengikuti orang lain, berkeliling atau naik turun kursi tanpa tujuan yang jelas.

b.  Solitary play (bermain sendiri)
Solitary play biasanya tampak pada anak yang berusia amat muda. Anak sibuk bermain sendiri, dan tampaknya tidak memperhatikan kehadiran anak-anak lain di sekitarnya. Perilakunya egosentris, dengan ciri-ciri antara lain tidak ada usaha untuk berinteraksi dengan anak lain. Mencerminkan sikap memusatkan perhatian pada diri sendiri dan kegiatannya sendiri. Anak lain baru dirasakan kehadirannya manakala misalnya mengambil alat permainannya.

c.  Onlooker play (penonton/pengamat)
Onlooker play yaitu kegiatan bermain dengan mengamati nak-anak lain yang melakukan kegiatan bermain, dan tampak adanya minat yang semakin besar terhadap kegiatan anak lain yang diamatinya. Jenis kegiatan bermain ini pada umumnya tampak pada anak usia 2 tahun, atau dapat juga tampak pada anak yang belum kenal dengan anak lain di suatu lingkungan baru, sehingga malu atau ragu-ragu untuk bergabung dalam kegiatan bermain yang sedang dilakukan anak-anak lainnya.



d.  Parallel play (bermain Parallel)
Permainan model ini dilakukan secara bersama-sama oleh dua atau lebih anak, namun belum tampak adanya interaksi di antara mereka. Mereka melakukan kegiatan yang sama secara sendiri-sendiri. Contohnya bermain mobil-mobilan, membuat bangunan dari alat permainan lego atau balok-balok menurut kreasi masing-masing. Bentuk lainnya dapat berupa bermain sepeda atau sepatu roda tanpaberinteraksi.Mereka melakukan kegiatan paralel; kegiatan yang sama, tapi tidak ada kerja sama di antara mereka. Hal ini dapat terjadi karena mereka masih amat egosentris dan belum mampu memahami atau berbagi rasa atau bekerja sama dengan anak lain.

e.  Assosiative play (Permainan bersama)
Permainan ini ditandai dengan adanya interaksi antar anak yang bermain, saling tukar alat permainan, tetapi jika diamati akan tampak bahwa mereka sebenarnya tidak terlibat dalam kerja sama. Contohnya  anak yang sedang menggambar, mereka saling memberi komentar terhadap gambar masing-masing, berbagi pensil berwarna, ada interaksi di antara mereka
f.  Cooperative Play (permainan bekerja sama )
Permainan ini ditandai dengan adanya kerja sama atau pembagian tugas dan pembagian peran antara anak-anak yang terlibat dalam permainan, untuk mencapai satu tujuan tertentu. contohnya bermain dokter-dokteran, bekerja sama membuat karya bangunan dari balok-balok dan semacamnya. Kegiatan seperti ini biasanya tampak pada anak usia lima tahun, namun demikian perkembangannya tergantung pada latar belakang orang tua, sejauh mana meraka memberi kesem patan dan dorongan agar anak mau bergaul dengan sesama temannya.






Tipe Bermain

a.  Sensory Motor Play (Bermain yang mengandalkan indera dan gerakan-gerakan tubuh). (+3 atau 4 bulan —setengah tahun).
Bermain dimulai pada periode perkembangan kognitif sensori motor, sebelum usia 3—4 bulan, gerakan atau kegiatan anak belum dapat dikategorikan bermain, kegiatan anak semata-mata merupakan kelanjutan dari kenikmatan yang diperolehnya. Kegiatan bayi henya merupakan pengulangan dari hal-hal yang dilakukan sebelumnya.

b.  Symbolic play (+2—7 tahun)
Periode pra operasional yang terjadi antara 2—7 tahun dapat dikategorikan Symbolic atau Make Believe Play, tandanya ialah anak dapat bermain khayal dan bermain pura-pura. Pada masa ini anak lebih banyak bertanya dan menjawab pertanyaan, mencoba berbagai berbagai kegiatan yang berkaitan dengan konsep angka, ruang, kuantitas dan sebagainya. Seringkali anak menanyakan sesuatu hanya sekedar bertanya, tidak terlalu memperdulikan jawaban yang diperolehnya. Walau sudah dijawab anak akan terus bertanya lagi. Anak sudah mulai dapat menggunakan berbagai benda sebagai simbol atau representasi benda lain. contohnya menggunakan sapu sebagai kuda-kudaan, menganggap sobekan kertas sebagai uang, main rumah-rumahan, polisi dan penjahat, jadi batman atau ksatria baja hitam.

c.  Social Play Games (+8—11 tahun)
Dalam bermain pada tahap yang tertinggi, penggunaan simbol lebih banyak diwarnai oleh nalar dan logika yang bersifat objektif. Sejak usia 8—11 tahun anak lebih banyak terlibat dalam hjjjjjkegiatan games with rules, di mana kegiatan anak lebih banyak dikendalikan oleh aturan permainan. contohnya: main kasti, galah asin atau gobak sodor, ular tangga, monopoli, kartu, bermain tali dan semacamnya

d. Constructive Play
Bermain membangun sudah dapat terlihat pada anak berusia 3-6 tahun. Dalam kegiatan bermain ini anak membentuk sesuatu, menciptakan bangunan tertentu dengan alat permainan yang tersedia. contohnya: membuat rumah-rumahan dengan balok kayu atau potongan lego, menggambar, menyusun kepingan-kepingan kayu bergambar dan yang semacamnya.

e.  Games (11 tahun ke atas)
Contoh lain dari kegiatan bermain yang memiliki aturan adalah olah raga. Kegiatan  bermain ini masih menyenangkan dan dinikmati anak-anak, meskipun aturannya jauh lebih ketat dan diberlakukan secara kaku dibandingkan dengan jenis permainan yang tergolong games  ka contohnya kartu atau kasti. Anak senang melakukannya berulang-ulang dan terpacu untuk mencapai prestasi sebaik-baiknya




Tidak ada komentar:

Posting Komentar