Kamis, 25 Juli 2013

METODE BRUNSTROM

BRUNSTROM
          Evaluasi identifikasi reflek tonik dan reaksi asosiasi digunakan untuk mempengaruhi gerak pasien, sensori status pasien dan level kesembuhan dari voluntary motor control.

Tonik reflek
Reflek primitif terdiri dari simetrikal dan asimetrikal tonik neck reflek, tonik labirin reflek dan tinok lumbar reflek. Dalam tonik lumbar relfek, perubahan posisi leher atas berhubungan dengan pelvis yang dipengaruhi anggota gerak tulang dan otot. Cotohnya ritasi leher atas dengan fasilitasi bagian kiri tulang fleksor dalam anggota gerak atas kiri dan tulang ekstensor dalam anggota gerak bawah kiri. Sebaliknya meningkatkan tulang ekstensor dalam anggota gerak atas bagian kanan dan meningkatkan fleksor dalam anggota gerak bawah bagian kiri dan sisi kebalikannya ke arah rotasi.

Reaksi Asosiasi
Reaksi asosiasi adlah gerak involunter atau menurunnya revlektif  tulang dan dapat dilihat dari pasien hemiplegi yang meliputi anggota gerk yang sebagian tubuhnya (sisi sehat) ditahan selama bergerak. Reaksi ini lebih mudah terjadi bila terdapat spastik.
Reaksi asosiasi ini dapat digunakan untuk fasilitasi gerak bila belum terdapat gerak volunter. Termasuk reaksi asosiasi adlah pola gerak sinergi anggota gerak (limb sinergy).
Pola sinergi anggot gerak atas, yaitu :
·        Fleksor sinergi disusun oleh à scapula retraksi atau elevasi, abduksi shoulder dan rotasi eksternal, fleksi elbow, supinasi, untuk posisi wrist dan jari-jari bervariasi.
Fleksi elbow merupakan komponen yang paling kuat dan gerkaan akan tampak pertama bila difasilitasi. Abduksi dan rotasi eksternal shoulder merupakan komponen yang lemah. Shoulder hiperekstensi akan tampak jelas bila gerak shoulder ini lemah
·        Ekstensor sinergi disusun oleh à scapula protaksi, shoulder abduksi horizontal dan rotasi internal, ekstensi elbow, pronasi, gerak wrist dan jari-jari bervariasi meskipun yang sering dilihat wrist ekstensi da jari-jari fleksi.
Komponen yang paling kuat yaitu horizontal adduksi dan internal rotasi shoulder oleh m.pectoralis major sehingga bila difasilitasi komponen ini akan tampak pertama. Komponen kuta dibawahnya dalah pronasi foerarm dan terakhir ekstensi elbow. Ekstensor sinergi ini dapat ditimbukan melalui Raimiste’s phenomenon yaitu dengan memberikan tahanan anggota gerak atas yang sehatsaat melakukan gerakan adduksi horizontal.
Fleksor sinergi biasanya timbul sebelum timbul ekstensor sinergi. Bila keduanya timbul dan spastik maka komponen akstensor dan fleksor sinergi yang kuat secara bersama-sama akan menghasilkan karakteristik hemiplegi anggota gerak atas à lengan adduksi dan rotasi internal dengan elbow fleksi, forearm pronasi dan wrist serta jari-jari fleksi.

Pola sinergi anggota gerak bawah, yaitu :
·        Fleksor sinergi disusun oleh à fleksi hip, abduksi hip dan rotasi eksternal fleksi lutut, dorsofleksi, dan inversi ankle.
Komponen yang paling kuat adalah fleksi hip, sedangkan komponen yang lemah adalah abduksi hip dan eksternal rotasi.
·        Ekstensor sinergi disusun oleh à ekstensi hip, adduksi hip dan internal rotasi, ekstensi lutut, dan inversi ankle dan jari-jari plantar fleksi.
Komponen-komponen yang kuat adalah hip adduksi, lutut ekstensi, ankle plantar fleksi dan inversi. Sedangkan komponen yang lemah adalah hip rotasi internal dan jari-jari plantar fleksi. Inversi ankle terjadi pada kedua sinergi. Ekstensor sinergi anggota gerak bawah menjadi dominan saat orang berdiri karena kekuatan sinergi ini bersama-sama denagan pengaruh reaksi supporting (+) dan gaya penguluran melawan tungkai yang menimbulkan gerak plantar fleksi.


Bentuk-bentuk reaksi asosiasi lain :
·        ATNR  :
Stimulus à putar kepala 90 derajat ke kanan dan ke kiri
Respon à meningkat tonus ektensor anggota gerak kanan dan tonus fleksor kiri. Dan sebaliknya.
·        STNR :
Stimulusà 1. kepala fleksi
                   2. kepala ekstensi
Responà 1. lengan fleksi, tungkai ekstensi
                 2. lengan ekstensi, tungkai fleksi
·        TLR :
Stimulusà 1.Pronasi
                   2.Supinasi
Responà1.Tonus fleksor lengan dan tungkai meningkat
                2. Tonus ekstensor lengan dan tungkai meningkat
·        Tonik Lumbar
Stimulusàrotasi kekanan upper trunk terhadap pelvis dan sebaliknya
Responàtonus fleksor lengan dan tonus ekstensor tungkai kanan meningkat dan sebaliknya
Reaksi asosiasi lain yang digunakan untuk treatmen pada stadium awal :
·        Pemberian tahanan pada tungkai sehat saat gerak fleksiàmenyebabkan ekstensi anggota gerak hemiplegi. (sebaliknya pemberian tahanan pada tungkai sehat saat gerak ekstensi menyebabkan fleksi anggota gerak hemiplegi)
·        Menggenggam kuat pada tangan sehatàmenyebabkan reaksi menggenggam pada tangan hemiplegi(mirror synkinesis)
·        Memfleksikan tungkai hemiplegi atau memberi tahanan pada saat hemiplegi gerak fleksiàmenyebabkan respons fleksi tangan hemiplegi ( homolateral synkinesis)
·        Menaikkan dan mengangkat lengan hemiplegi (pasif atau aktif) diatas atau melebihi horizontalàmenyebabkan jari-jari ekstensi dan abduksi (Souque’s phenomenon)
·        Pemberian tahanan pada tungkai sehat dan saat gerak abduksi dan adduksiàmenyebabkan respons gerak yang sama pada tungkai hemiplegi (Raimiste’s phenomenon)

Sensasi
Hasil evaluasi sensori memberikan informasi yang dibutuhkan untuk rencana treatmen dan juga sebagai panduan pilihan fasilitasi modalitas yang baik untuk pasien dan sebagai alert untuk terapis bila pasien memerlukan subtitusi visual feedback yang kehilangan gerakan atau position sense.

Tahapan penyembuhan
Hasil penyembuhan bertahap tetapi dapat berhenti disetiap tingkatan tergantung dari kerusakan  kortikal. Ketika lengan mulai berkembang secara menyimpang dari synergi, wrist memulai progres yang berurutan dimulai dari stabilitas wrist selama menggenggam aktif, dengan kedua siku fleksi sebaik extensi, siku radial dan deviasi ulnar memprogres sirkum induksi siku.

Tahapan penyembuhan gerak volunter
Tahapan penyembuhan perlu diukur untuk mengetahui urutan performance motorik dari refleks sampai benar-benar mampu mengontrol gerakan. Tiap gerak perlu didemonstrasikan oleh terapis pada pasien dengan cara memperagakan gerak pada sisi yang sehat. Setelah itu pasien mencoba menggerakkan pada sisi hemiplegi. Contoh : ”sentuh telinga anda” (untuk fleksor synergi), ”sentuh lutut kananmu dengan tangan kirimu”  (untuk ekstensor synergi).
Tahap penyembuhan anggota gerak atas

Stage Arm
Stage Hand
I.                    Flaksidàtidak ada gerak volunter/stretch reflex
II.                 Perkembangan synergi dapat ditimbulkan secara reflekà fleksi biasanya berkembang sebelum ekstensi, timbul spastisitas.
III.               Mulai ada gerak volunter tapi hanya dalam synergi, dapat meningkatkan spastik bila sudah terjadi spastisitas.
IV.              Beberapa gerakan deviasi dari synergy àtangan disamping tubuh, lengan kedepan posisi horizontal, pronasi dan supinasi dengan fleksi elbow 90 derajat (spastik menurun)
V.                 Terlepas dari basic synergiàtangan disamping dengan posisi horizontal, lengan kedepan dan melebihi diatas kepala, pronasi dan supinasi dengan elbow full extensi (spastik menurun)
VI.              Setiap sendi dapat gerak bebas(isolated movement freely), koordinasi hampir normal. Hanya sedikit spastik.
I.                    flaksid
II.                 sedikit atau tidak ada gerak aktif fleksi jari
III.               mampu menggenggam tapi masih kasar, tidak dapat ekstensi atau melepas
IV.              mampu sedikit ekstensi jari-jari (semi volunteri) lateral prehension bila melepas dengan menggerakkan ibu jari
V.                 palmar prehension. Silindrikal dan sperical graps ( awkward). Mampu esensi jari tapi masih kasar dengan LGS bervariasi.
VI.              mampu semua tipe prehension (lebih terampil. Mampu ekstensi jari dengan LGS penuh(volunter).Jari-jari dapat bergerak secara individu

Tahap kesembuhan anggota gerak bawah
Stage
I.                    Flaksid
II.                 Pergerakan volunter minimal
III.               Fleksi hip, fleksi lutut, dan dorsifleksi engkel sebagai komponen duduk dan berdiri
IV.              Dalam duduk : fleksi melewati 90 derajat, dorsifleksi angkel dengan heel dilantai
V.                 Dalam berdiri : isolasi fleksi lutut dengan hip extended, isolasi dorsifleksi engkel dengan lutut extended
VI.              Abduksi hip dalam berdiri : rotasi lutut dengan inversi dan eversi engkel dalam duduk.


Perubahan selalu terjadi terus-menerus , tahapan yang satu belum sempurna sudah berkembang ke tahapan selanjutnya sehingga terapis sering kesulitan menentukan tahap perkembangan pasien. Untuk mengatasinya banyak terapis melaporkan, misal: tahap 2 ke tahap 3 ,tahap 3 ke tahap 4 , dan seterusnya.
Alat evaluasi yang biasa digunakan dalam metode Brunnstrom adalah The Fulg-meyer Motor Function Asessment (FMA), terdiri atas 50 pertanyaan. Total skor semuanya 0 sampai dengan 100. total skor untuk anggota gerak atas saja 66.

Treatment
Bila tidak ada gerakan exists, gerakan difasilitasi menggunakan reflek-reflek, reaksi asosiasi, fasilitasi propioseptif dan fasilitasi eksteroseptif untuk perkembangan otot dalam persiapan gerakan volunter stimuli yang dapat membantu memberikan sinergi-sinergi. Tahapan (stimulus propioseptif) meningkatkan penyebaran impuls ke otot lain untuk menghasilkan respon lain yang berpola (reaksi asosiasi), mengingat fasilitasi stimulassi taktil, hanya berhubungan dengan otot pada area yang distimulasi. Ketika usaha untuk menghasilkan gerakkan volunter atau kontribusi respon, pasiendiberitahu untuk mempertahankan kontraksi (isometrik).
Jika berhasil lalu lakukan gerakan kontraksi eksentrik dan terakhir kontraksi kosentrik. Ketika bergerak sebagian memungkinkan, gerakan pemutaran dari fleksi ke ekstensi ditekan disalah satu sesi treatment.
Sebelum dilakukan treatment anggota gerak, lebih baik bila trunk diperhatikan terlebih dahulu karena kontrol trunk mendasari dan sangat mempengaruhi treatment anggota gerak.  Banyak pasien dengan hemiplegi mempunyai kontrol trunk yang kurang baik sehingga membutuhkan latihan dengan tujuan keseimbangan seperti  membungkuk untuk mengambil sebuah benda di lantai atau memakai celana dan gerak lainnya. Namun pendekatan yang lebih baik dan natural bila latihan keseimbangan dilakukan dengan cara pasien melakukan aktivitas.
Latihan trunk pertama lebih ditekankan pada kontraksi otot trunk pada sisi sehat dengan cara mendorong pasien keluar dari keseimbangan ke arah sisi hemiplegi, terapis sambil menjaga pasien jangan sampai jatuh bila responnya masih jelek. Dengan bentuk aktivitas, letakkan benda pada samping hemiplegi untuk disentuh, dipegang atau digenggam. Bila skill sudah timbul dorongan diarahkankan kesisi yang sehat. Gerakan ini membutuhkan kontraksi otot trunk sisi hemiplegi.
Tahap selanjutnya, pasien diperintahkan untuk reaching benda setinggi pasien  mampu mempertahankan pada posisi tersebut dan mampu kembali kekondisi tegak. Gerakkan kemudian lebih progresif ke gerak fleksi, ekstensi dan rotasi.

Anggota gerak bawah: tahap I ke III
Tujuan treatment adalah untuk merangsang timbulnya voluntary control sinergy dan mendorong digunakan untuk aktifitas fungsional. Perpindahan basic limb sinergy pasien dari tahap 1 ke 2 didapatkan pada level reflek yang menggunakan  reflek-reflek, reaksi asosiasi prosedur fasilitasi yang dibutuhkan untuk mendapatkan respon dampak dari kombinasi prosedur tersebut untuk menghasilkan respon yang kuat.
Dari tahap I ke II: agar timbul synergi, anggota gerak  himeplegik dirangsang dengan reflek-reflek, reaksi asosiasi dan tindakan fasilitasi. Saat dilakukan rangsangan-rangsangan pasien berusaha menggerakan anggota yang dirangsang. Komponen synergi yang kuat (fleksi elbow) akan timbul dulu.
Tahap III: bila fleksi elbow sudah gerak, konsentrasi terapis berganti ke komponen synergi yang proksimal dengan tujuan yang memungkinkan pasien mehilangkan synergi dengan cara mengontrol gerakan secara voluntary (tahap III). Usaha untuk menghasilkan control voluntary terhadap flexor synergy dimulai dengan elevasi scapula. Inisiasi elevasi scapula dapat dilakukan dengan grak fleksi leher lateral ke sisi hemiplegik. Kedua gerak tersebut dilakukan oleh m.upper trapezius.
Usaha lain untuk elevasi scapula adalah dengan cara memposisikan shoulder abduksi dengan fleksi elbow tersuport di atas meja, terapis menahan kepala dan shoulder, dan secara bersamaan pasien diperintahkan untuk mempertahankan posisi tersebut. Bila respon sudah tampak pada m. Trapezius, gerakan pasien diarahkan pada elevasi shoulder saat gerak fleksi leher. Gerakan diulang-ulang, sedangkan terapis membantu gerak kearah tersebut.
Bila gerak elevasi timbul, kontraksi otot aktif dapat rangsang dengan reaksi asosiasi. Contoh: tahanan diberikan pada shoulder sehat saat pasien gerak elevasi scapula bilateral dengan harapan timbul reaksi asosiasi trunk sisi hemiplegik.
Selanjutnya adalah latihan elevasi scapula unilateral (sisi hemiplegik). Bila pasien tidak melakukan secara aktif, terapis memberi bantuan dengan cara memberi support pada lengan pasien kemudian digerakkan elevasi. Terapis memerintahkan pasien untuk memprtahankan posisi elevasi scpula.misal ”tahan, pertahankan shoulder anda jangan sampai mendorong ke bawah. ”rangsangan atau fasilitasi dapat dilakukan perkusi (ketukan-ketukan) atau mengusap-usap (stroking) pada m.upper trapezius. Setelah beberapa kali latihan, berikan latihan kontraksi essentrik yaitu dengan cara memerintahkan pasien menggerakkan shoulder (dari posisi elevasi) ke bawah pelan-pelan . tahap berikutnya latihan kontraksi konsentrik dengan cara memerintahkan pasien menggerkkan shoulder telinga.
Elevasi scapula aktif dapat merangsang komponen fleksor dan cenderung inhibisi m.pectoralis major . caranya adalah, pasien mengelevasikan scapula saat terpis mengabduksikan (disertai gerak rotasi eksternal) shoulder pasien dan supinasi forearm. Lakukan gerakan ini berapa kali. Yang perlu diperhatikan adalah adanya rasa nyeri atau subluksasi pada shoulder. Gerakan ini diharapkan dapat menimbulkan komponen extensor synergy.
Timbulnya komponen extensor synergy yang kuat (m. Pectoralis major) dapat dirangsang dengan cara tahanan pada proksimal elbow sisi sehat saat shoulder gerak horizontal-adduksi.
Adanya tonnus yang berlebihan pada fleksor elbow mengakibatkan kesulitan dalam menimbulkan ekstensor elbow. Beberapa cara dilakukan untuk menimbulkan ekstensor elbow dengan cara ’rowing’ dan’ weight bearing’.
Rowing
  1. terapis dan pasien duduk berhadapan
  2. silangkan kedua lengan anda (terapis) sehingga tangan anda bisa menggenggam tangan pasien, tangan kiri anda dan tangan kiri pasien.
  3. berikan tahanan saat pasien pronasi yaitu lengan sehat bergerak kearah lutut hemepegik. Hal ini dapat merangsang timbulnya reaksi asosiasi ekstensi elbow pada sisi hemiplegik.
  4. dalam waktu bersamaan, berikan gerak ekstensi lengan hemiplegik kearah lutut sehat.
  5. masih memegang tangan pasien, arahkan gerak ke fleksi yang di kombinasi dengan supinasi.
  6. ulangi step 3 s/d 5  sampai anda mersakan adanya gerak ekstensi aktif lengan hemiplegik.
  7. kemudian, berikan tahanan secara bilateral
  8. kemudian, penguatan usaha gerak voluntary anggota gerak hemiplegik dengan cara memerintahkan pasien mempertahankan melawan tahanan pada anggota gerak yang sakit
  9. fasilitasi ekstensor dengan cara mendorong ke belakang lengan hemiplegik ke arah fleksi elbow , yang menyebabkan ’quick strech’ pada triceps



Weight bearing
Dapat diberikan bila ekstensor synergy dapat terlihat (timbul) pada saat ’gerak aktif’
  1. dalam posisi duduk, perintahkan pasien condong ke depan dengan lengan ekstensi yang trsupport pada busa
  2. berikan gosokan (stroking) atau ketukan (tapping) pada tendon m. Triceps saat pasien mencoba mempertahankan weight bearing dengan kedua elbow ekstensi.
  3. bila berhasil, perintahkan weight bearing lebih ditekankan pada lengan hemiplegik
  4. berikan ketukan /gosokan pada tendon m. Triceps lagi
  5. dalan posisi weight bearing unilateral berikan aktifitas fungsional seperti menahan potongan kayu ketika sedang menggergaji , pukulan palu, melukis, mencuci/membersihkan permukaan besar seperti meja/lantai.
Synergy datang dari kontrol volunter, yang digunakan dalam aktifitas fungsional. Ekstensor synergy dapat digunakan untuk stabilisasi obyek saat bekerja.
Fleksor synergy dapat digunakan fungsional untuk membantu dalam membawasebuah benda, seperti tas tangan, tas kantor dll. Aktifitas menarik dan mendorong, keduanya memperkuat synergy, menganyam, menytrika dan sanding adalah aktifitas-aktifitas yang menggunakan fleksor dan ekstensor synergy alternately dan repeattedly.
Transisi dari tahap III ke tahap IV tujuannya adalah merangsang gerak deviasi dari sinergi. Contoh: bila pasien sudah mulai konsisten mampu ekstensi elbow, selanjutnya terapis mengarahkan gerakan menjauhi pola ekstensor sinergi dengan cara menggerakkan abduksi shoulder dengan elbow ekstensi. Gerakkan ini akan memutus sinergi adduksi shoulder terhadap ekstensi elbow dan abduksi shoulder terhadap fleksi elbow. Adanya gerak aktif abduksi shoulder dengan elbow ekstensi menunjukkan bahwa sinergi sudah tidak mendominasi lagi.

Anggota gerak atas :  tahap IV dan V
Tahap IV à
Tujuan treatment adalah untuk mengkondisikan synergy, yaitu merangsang voluntary yang mengandung komponen kedua synergy dengan cara menambah variasi gerak yang mengarah pada deviasi synergy. Rangsangan proprioseptif dan eksteroseptif masih digunakan pada stage ini namun  refleks dan reaksi asosiasi sudah tidak digunakan.
Gerak deviasi synergy pertama pada stage IV adalah tangan ke punggung, dengan kombinasi shoulder abduksi (flexor synergy) dengan elbow ektensi dan forearm pronasi (external synergy) . Gerak ayunan lengan dan rotasi trunk akan mempermudah gerak ini, dan akan lebih mudah bila dilakukan dengan berdiri (kalau balance bagus). Bila gerak ini tidak dapat full . stroking pada dorsal tangan dapat digunakan untuk merangsang gerak voluntary. Contoh aktifitas fungsional : memakai iakt pinggang, memperagakan renang gaya crawling.
Gerak deviasi kedua : fleksi shoulder ke arah horizontal dengan elbow ekstensi.
Bila tidak mampu gerak aktif full, terapis dapat membantu. Ketika bergerak, tapping (ketukan-ketukan) dapat diberikan pada m.deltoid anterior dan midlle. Stroking dapat diberkan pada triceps untuk mempertahsnksn ekstensi elbow.  Gerak ini dilakukan berulang. Contih aktivitas : bentuk permainan di dinding.
Gerak deviasi ketiga : pronasi dan supinasi dengan elbow fleksi 90 derajat. Supinasi tidak akan menjadi masalah bila tidak spastik. Problem biasanya terjadi ketika harus menggabungkan pronasi (ekstensor synergy) dengan fleksi (fleksor synergy). Contoh aktifitas : memutar skup, blok printing, dll.
Tahap V à
Bila aktivitas tahap IV sudah konssisten, baru aktivitas tahap V diberikan kepada pasien. Pola gerak yang dilakukan pasien pada tahap V ini harus semakin menjauhi synergy. Usaha gerak berlebihan harus dihindari agar tidak terjadi gerak stereotip. Gerak selalu diarahkan ke gerakan fungsional dan urutan gerakan harus diperhatikan. Yang perlu diperhatikan jangan memberi tarikan pada sendi gleonohumeral.
Gerakan pertama yang dilakukan dalam tahap V adalah mengangkat lengan kearah horizontal, yang dikombinasi full abduksi shoulder dengan elbow ekstensi. Bila dapat disempurnakan diasosiasi komponen sinergi. Bila otot masih dibawah synergy, lengan akan menimpang kearah horizontal adduksi bila elbow extend atau elbow akan fleksi ketika shoulder diabduksikan.
Gerakan kedua yaitu lengan diatas kepala untuk mencapainya scapula harus rotasi keatas, serratus anterior harus menahan dengan spesifik.
Gerakan ketiga adalah supinasi dan pronasi (eksternal dan internal rotasi) dengan elbow extend. Untuk mencapai kontrol yang baik digunakan kedua tangan dalam aktivitas yang menarik untuk pasien meliputi supinasi dan pronasi dalam posisi lengan yang bervariasi. Semua aktivitas pada tahap IV dan V menggunakan aktivitas yang berati dan menarik.
Apabila penyembuhan stroke cepat, kemungkinan pasien dapat mencapai tahap VI, namun banyak pasien yang tidak bisa mencapai tahap VI dengan sempurna. Twitchell (1951) menyebutkan bahwa bila dalam waktu 10 hari dapat sembuh pada tahap III dan IV maka ia akan ” recovery complete”.

Retraining kontrol Tangan dan Pergelangan tangan
Teknik latihan untuk mengembalikan fungsi tangan dilakukan terpisah karena tangan berbeda thapan dalam penyembuhan dengan lengan. Gerak tangan membutuhkan kontrol kortikal secara langsung dengan kata lain penyembuhan tadak terjadi jika corticospinal pada umumnya diliputi stoke.
Bila tangan tidak dapat aktif fleksi jari-jari (tahap I) dan menggenggam (tahap II) maka dapat dirangsang dengan reaksi asosiasi gerakan menggenggam kuat pada sisi sehat atau dengan mengadduksikan scapula. Pada hemiplegi, biasanya fleksi wrist disertai gerak menggenggam tangan, sehingga perlunya dikembangkan stabilitas ekstensi wrist. Cara paling mudah untuk pasien untuk stabilisasi ekstensi wrist adalah elbow ekstensi, sehingga latihan dimulai dengan posisi elbow ekstensi dan wrist disupport oleh terpis. Ekstensor wrist dapat difasilitasi dengan memerintahkan gerak menggenggam. Bila sudah dulakukan perintahkan pasien untuk mempertahankannya. Tapping untuk ekstensor wrist digungkkan untuk fasilitasi.
Untuk berubah dari tahap III ke IV maka spastisitas fleksi jari harus dikurangi dan dikembangkan ekstensi jari dengan cara sebagai berikut :
1.      Buka genggaman tangan pasien dengan cara menggerakan dan mempertahankan ibu jari dalam posisi ekstensi dan abduksi
2.      Ibu jari masih dalam posisi tersebut, forearm gerakkan pronasi-supinasi pelan-pelan 
3.      Berikan stimulasi kutaneuspada dorsum tangan pada saat gerak supinasi
4.      Dengan forearm masih dalam posisi supinasi, berikan uluran ekstensor jari-jari dengan cepat dan berulang dengan cara memfleksikan MCP
5.       Ulangi terus sampai fleksor releks
6.      pronasi forearm pelan-pelan dan elevasi lengan diatas rizontal untuk merangsang respon ekstensor jari-jari (Souque’s phenomenon)
7.      Sentuhan pada dorsum tangan dan forearm pada saat pasien mencoba ekstensi
8.      Setelah jari-jari dapat bergerak ekstensi volunter dengan posisi lengan terangkat, turunkan lengan secara bertahap
9.      Bila ada keterbatasan gerak ekstensi, ulangi semua gerak diatas
10.  Berikan kesempatan untuk aktifitas ” reach and pick up” benda yang besar dan melepaskannya lagi


Anggota gerak bawah
     Pola jalan, digunakan dalam prinsip persiapan untuk berjalan dan ambulasi dideskripsikan juga oleh brunnstom. Prinsip ini direspon oleh fisioterapi.



Asumsi Brunnstrom yaitu :
·        Reflek spinal dan reflek kortikal hilang dan berubah menjadi gerak bertujuan
·        Reflek dan gerak pola primitive digunakan untuk fasilitasi gerak volunter
·        Stimuli propioseptif dan eksteroseptive dapat digunakan untuk membuat tonus normal
·        Recovery gerak volunter dapat terjadi secara urut dari pola gerak kasar fleksor atau ekstensor ke gerak sinergis (gerak sepanjang ekstremitas bila ada stimuli atau ada usaha gerak volunter)
·        Melakukan aktivitas daily living mempercepat proses belajar

Prisip :
·        Treatment dilakukan sesuai dengan perkembangan reflek ke gerak volunter ke gerak fungsional
·        Reflek, reaksi asosiasi, fasilitasi propioseptif dan eksteroseptif digunakan untuk menimbulkan tonus otot guna persiapan gerak volunter
·        Bila usaha gerak volunter berhasil diperintahkan kepada pasien untuk kosentrik kemudian dilanjutkan esentrik dan terakhir kosentrik
·        Gunakan gerakan kebalikan (contoh; fleksi ke ekstensi) disetap sesi treament
·        Gunakan aktivitas yang dapat dilakukan oleh pasien
·        Pengulangan



DAFTAR PUSTAKA

·        Trombly Catherine A, Occupational Therapy for Phisical Dysfunction, Lippincott William & Wilkins, 2002, USA

·        Pedretti Lorraine Williams, Occupational Therapy Practice Skill for Phisical Dysfunction, ed 4, Mosby-Year Book, 1996, Missouri








Tidak ada komentar:

Posting Komentar