BRUNSTROM
Evaluasi identifikasi reflek tonik dan
reaksi asosiasi digunakan untuk mempengaruhi gerak pasien, sensori status
pasien dan level kesembuhan dari voluntary motor control.
Tonik reflek
Reflek primitif terdiri dari simetrikal
dan asimetrikal tonik neck reflek, tonik labirin reflek dan tinok lumbar
reflek. Dalam tonik lumbar relfek, perubahan posisi leher atas berhubungan
dengan pelvis yang dipengaruhi anggota gerak tulang dan otot. Cotohnya ritasi
leher atas dengan fasilitasi bagian kiri tulang fleksor dalam anggota gerak
atas kiri dan tulang ekstensor dalam anggota gerak bawah kiri. Sebaliknya
meningkatkan tulang ekstensor dalam anggota gerak atas bagian kanan dan
meningkatkan fleksor dalam anggota gerak bawah bagian kiri dan sisi
kebalikannya ke arah rotasi.
Reaksi Asosiasi
Reaksi asosiasi adlah gerak involunter
atau menurunnya revlektif tulang dan
dapat dilihat dari pasien hemiplegi yang meliputi anggota gerk yang sebagian
tubuhnya (sisi sehat) ditahan selama bergerak. Reaksi ini lebih mudah terjadi
bila terdapat spastik.
Reaksi asosiasi ini dapat digunakan untuk
fasilitasi gerak bila belum terdapat gerak volunter. Termasuk reaksi asosiasi
adlah pola gerak sinergi anggota gerak (limb sinergy).
Pola sinergi anggot gerak atas, yaitu :
·
Fleksor
sinergi disusun oleh à scapula retraksi atau elevasi, abduksi
shoulder dan rotasi eksternal, fleksi elbow, supinasi, untuk posisi wrist dan
jari-jari bervariasi.
Fleksi elbow merupakan komponen yang
paling kuat dan gerkaan akan tampak pertama bila difasilitasi. Abduksi dan
rotasi eksternal shoulder merupakan komponen yang lemah. Shoulder hiperekstensi
akan tampak jelas bila gerak shoulder ini lemah
·
Ekstensor
sinergi disusun oleh à scapula protaksi, shoulder abduksi
horizontal dan rotasi internal, ekstensi elbow, pronasi, gerak wrist dan
jari-jari bervariasi meskipun yang sering dilihat wrist ekstensi da jari-jari
fleksi.
Komponen yang paling kuat yaitu horizontal
adduksi dan internal rotasi shoulder oleh m.pectoralis major sehingga bila
difasilitasi komponen ini akan tampak pertama. Komponen kuta dibawahnya dalah
pronasi foerarm dan terakhir ekstensi elbow. Ekstensor sinergi ini dapat
ditimbukan melalui Raimiste’s phenomenon
yaitu dengan memberikan tahanan anggota gerak atas yang sehatsaat melakukan
gerakan adduksi horizontal.
Fleksor sinergi biasanya timbul sebelum timbul
ekstensor sinergi. Bila keduanya timbul dan spastik maka komponen akstensor dan
fleksor sinergi yang kuat secara bersama-sama akan menghasilkan karakteristik
hemiplegi anggota gerak atas à lengan adduksi dan rotasi internal dengan
elbow fleksi, forearm pronasi dan wrist serta jari-jari fleksi.
Pola sinergi anggota gerak bawah, yaitu :
·
Fleksor
sinergi disusun oleh à fleksi hip, abduksi hip dan rotasi
eksternal fleksi lutut, dorsofleksi, dan inversi ankle.
Komponen yang paling kuat adalah fleksi
hip, sedangkan komponen yang lemah adalah abduksi hip dan eksternal rotasi.
·
Ekstensor
sinergi disusun oleh à ekstensi hip, adduksi hip dan internal
rotasi, ekstensi lutut, dan inversi ankle dan jari-jari plantar fleksi.
Komponen-komponen
yang kuat adalah hip adduksi, lutut ekstensi, ankle plantar fleksi dan inversi.
Sedangkan komponen yang lemah adalah hip rotasi internal dan jari-jari plantar
fleksi. Inversi ankle terjadi pada kedua sinergi. Ekstensor sinergi anggota
gerak bawah menjadi dominan saat orang berdiri karena kekuatan sinergi ini
bersama-sama denagan pengaruh reaksi supporting (+) dan gaya penguluran melawan
tungkai yang menimbulkan gerak plantar fleksi.
Bentuk-bentuk reaksi asosiasi lain :
·
ATNR :
Stimulus à putar kepala 90 derajat ke kanan dan ke kiri
Respon à meningkat tonus ektensor anggota gerak kanan dan
tonus fleksor kiri. Dan sebaliknya.
·
STNR
:
Stimulusà 1. kepala fleksi
2. kepala ekstensi
Responà 1. lengan fleksi, tungkai ekstensi
2. lengan ekstensi, tungkai fleksi
·
TLR :
Stimulusà 1.Pronasi
2.Supinasi
Responà1.Tonus fleksor lengan dan tungkai meningkat
2. Tonus ekstensor lengan dan tungkai
meningkat
·
Tonik
Lumbar
Stimulusàrotasi kekanan upper trunk terhadap pelvis dan
sebaliknya
Responàtonus fleksor lengan dan tonus ekstensor tungkai
kanan meningkat dan sebaliknya
Reaksi asosiasi lain yang digunakan untuk treatmen
pada stadium awal :
·
Pemberian
tahanan pada tungkai sehat saat gerak fleksiàmenyebabkan ekstensi anggota gerak hemiplegi.
(sebaliknya pemberian tahanan pada tungkai sehat saat gerak ekstensi menyebabkan
fleksi anggota gerak hemiplegi)
·
Menggenggam
kuat pada tangan sehatàmenyebabkan reaksi menggenggam pada tangan
hemiplegi(mirror synkinesis)
·
Memfleksikan
tungkai hemiplegi atau memberi tahanan pada saat hemiplegi gerak fleksiàmenyebabkan respons fleksi tangan hemiplegi (
homolateral synkinesis)
·
Menaikkan
dan mengangkat lengan hemiplegi (pasif atau aktif) diatas atau melebihi
horizontalàmenyebabkan jari-jari ekstensi dan abduksi
(Souque’s phenomenon)
·
Pemberian
tahanan pada tungkai sehat dan saat gerak abduksi dan adduksiàmenyebabkan respons gerak yang sama pada tungkai
hemiplegi (Raimiste’s phenomenon)
Sensasi
Hasil evaluasi sensori memberikan
informasi yang dibutuhkan untuk rencana treatmen dan juga sebagai panduan
pilihan fasilitasi modalitas yang baik untuk pasien dan sebagai alert untuk
terapis bila pasien memerlukan subtitusi visual feedback yang kehilangan
gerakan atau position sense.
Tahapan penyembuhan
Hasil penyembuhan bertahap tetapi dapat
berhenti disetiap tingkatan tergantung dari kerusakan kortikal. Ketika lengan mulai berkembang
secara menyimpang dari synergi, wrist memulai progres yang berurutan dimulai
dari stabilitas wrist selama menggenggam aktif, dengan kedua siku fleksi sebaik
extensi, siku radial dan deviasi ulnar memprogres sirkum induksi siku.
Tahapan penyembuhan gerak volunter
Tahapan penyembuhan perlu diukur untuk
mengetahui urutan performance motorik dari refleks sampai benar-benar mampu
mengontrol gerakan. Tiap gerak perlu didemonstrasikan oleh terapis pada pasien
dengan cara memperagakan gerak pada sisi yang sehat. Setelah itu pasien mencoba
menggerakkan pada sisi hemiplegi. Contoh : ”sentuh telinga anda” (untuk fleksor
synergi), ”sentuh lutut kananmu dengan tangan kirimu” (untuk ekstensor synergi).
Tahap penyembuhan anggota gerak atas
Stage Arm
|
Stage Hand
|
I.
Flaksidàtidak ada gerak volunter/stretch reflex
II.
Perkembangan
synergi dapat ditimbulkan secara reflekà fleksi biasanya berkembang sebelum
ekstensi, timbul spastisitas.
III.
Mulai
ada gerak volunter tapi hanya dalam synergi, dapat meningkatkan spastik bila
sudah terjadi spastisitas.
IV.
Beberapa
gerakan deviasi dari synergy àtangan disamping tubuh, lengan kedepan
posisi horizontal, pronasi dan supinasi dengan fleksi elbow 90 derajat
(spastik menurun)
V.
Terlepas
dari basic synergiàtangan disamping dengan posisi
horizontal, lengan kedepan dan melebihi diatas kepala, pronasi dan supinasi
dengan elbow full extensi (spastik menurun)
VI.
Setiap
sendi dapat gerak bebas(isolated movement freely), koordinasi hampir normal.
Hanya sedikit spastik.
|
I.
flaksid
II.
sedikit
atau tidak ada gerak aktif fleksi jari
III.
mampu
menggenggam tapi masih kasar, tidak dapat ekstensi atau melepas
IV.
mampu
sedikit ekstensi jari-jari (semi volunteri) lateral prehension bila melepas
dengan menggerakkan ibu jari
V.
palmar
prehension. Silindrikal dan sperical graps ( awkward). Mampu esensi jari tapi
masih kasar dengan LGS bervariasi.
VI.
mampu
semua tipe prehension (lebih terampil. Mampu ekstensi jari dengan LGS
penuh(volunter).Jari-jari dapat bergerak secara individu
|
Tahap kesembuhan anggota gerak bawah
Stage
|
I.
Flaksid
II.
Pergerakan
volunter minimal
III.
Fleksi
hip, fleksi lutut, dan dorsifleksi engkel sebagai komponen duduk dan berdiri
IV.
Dalam
duduk : fleksi melewati 90 derajat, dorsifleksi angkel dengan heel dilantai
V.
Dalam
berdiri : isolasi fleksi lutut dengan hip extended, isolasi dorsifleksi
engkel dengan lutut extended
VI.
Abduksi
hip dalam berdiri : rotasi lutut dengan inversi dan eversi engkel dalam
duduk.
|
Perubahan selalu terjadi terus-menerus ,
tahapan yang satu belum sempurna sudah berkembang ke tahapan selanjutnya
sehingga terapis sering kesulitan menentukan tahap perkembangan pasien. Untuk
mengatasinya banyak terapis melaporkan, misal: tahap 2 ke tahap 3 ,tahap 3 ke
tahap 4 , dan seterusnya.
Alat evaluasi yang biasa digunakan dalam metode
Brunnstrom adalah The Fulg-meyer Motor Function Asessment (FMA), terdiri atas
50 pertanyaan. Total skor semuanya 0 sampai dengan 100. total skor untuk
anggota gerak atas saja 66.
Treatment
Bila tidak ada gerakan exists, gerakan
difasilitasi menggunakan reflek-reflek, reaksi asosiasi, fasilitasi
propioseptif dan fasilitasi eksteroseptif untuk perkembangan otot dalam
persiapan gerakan volunter stimuli yang dapat membantu memberikan
sinergi-sinergi. Tahapan (stimulus propioseptif) meningkatkan penyebaran impuls
ke otot lain untuk menghasilkan respon lain yang berpola (reaksi asosiasi),
mengingat fasilitasi stimulassi taktil, hanya berhubungan dengan otot pada area
yang distimulasi. Ketika usaha untuk menghasilkan gerakkan volunter atau
kontribusi respon, pasiendiberitahu untuk mempertahankan kontraksi (isometrik).
Jika berhasil lalu lakukan gerakan
kontraksi eksentrik dan terakhir kontraksi kosentrik. Ketika bergerak sebagian
memungkinkan, gerakan pemutaran dari fleksi ke ekstensi ditekan disalah satu
sesi treatment.
Sebelum dilakukan treatment anggota gerak,
lebih baik bila trunk diperhatikan terlebih dahulu karena kontrol trunk
mendasari dan sangat mempengaruhi treatment anggota gerak. Banyak pasien dengan hemiplegi mempunyai kontrol
trunk yang kurang baik sehingga membutuhkan latihan dengan tujuan keseimbangan
seperti membungkuk untuk mengambil
sebuah benda di lantai atau memakai celana dan gerak lainnya. Namun pendekatan
yang lebih baik dan natural bila latihan keseimbangan dilakukan dengan cara
pasien melakukan aktivitas.
Latihan trunk pertama lebih ditekankan
pada kontraksi otot trunk pada sisi sehat dengan cara mendorong pasien keluar
dari keseimbangan ke arah sisi hemiplegi, terapis sambil menjaga pasien jangan
sampai jatuh bila responnya masih jelek. Dengan bentuk aktivitas, letakkan
benda pada samping hemiplegi untuk disentuh, dipegang atau digenggam. Bila
skill sudah timbul dorongan diarahkankan kesisi yang sehat. Gerakan ini
membutuhkan kontraksi otot trunk sisi hemiplegi.
Tahap selanjutnya, pasien diperintahkan
untuk reaching benda setinggi pasien
mampu mempertahankan pada posisi tersebut dan mampu kembali kekondisi
tegak. Gerakkan kemudian lebih progresif ke gerak fleksi, ekstensi dan rotasi.
Anggota gerak bawah: tahap I ke III
Tujuan treatment adalah untuk merangsang
timbulnya voluntary control sinergy dan mendorong digunakan untuk aktifitas
fungsional. Perpindahan basic limb sinergy pasien dari tahap 1 ke 2 didapatkan
pada level reflek yang menggunakan
reflek-reflek, reaksi asosiasi prosedur fasilitasi yang dibutuhkan untuk
mendapatkan respon dampak dari kombinasi prosedur tersebut untuk menghasilkan
respon yang kuat.
Dari tahap I ke II: agar timbul synergi, anggota
gerak himeplegik dirangsang dengan
reflek-reflek, reaksi asosiasi dan tindakan fasilitasi. Saat dilakukan
rangsangan-rangsangan pasien berusaha menggerakan anggota yang dirangsang.
Komponen synergi yang kuat (fleksi elbow) akan timbul dulu.
Tahap III: bila fleksi elbow sudah gerak,
konsentrasi terapis berganti ke komponen synergi yang proksimal dengan tujuan
yang memungkinkan pasien mehilangkan synergi dengan cara mengontrol gerakan
secara voluntary (tahap III). Usaha untuk menghasilkan control voluntary
terhadap flexor synergy dimulai dengan elevasi scapula. Inisiasi elevasi
scapula dapat dilakukan dengan grak fleksi leher lateral ke sisi hemiplegik.
Kedua gerak tersebut dilakukan oleh m.upper trapezius.
Usaha lain untuk elevasi scapula adalah dengan
cara memposisikan shoulder abduksi dengan fleksi elbow tersuport di atas meja,
terapis menahan kepala dan shoulder, dan secara bersamaan pasien diperintahkan
untuk mempertahankan posisi tersebut. Bila respon sudah tampak pada m.
Trapezius, gerakan pasien diarahkan pada elevasi shoulder saat gerak fleksi
leher. Gerakan diulang-ulang, sedangkan terapis membantu gerak kearah tersebut.
Bila gerak elevasi timbul, kontraksi otot
aktif dapat rangsang dengan reaksi asosiasi. Contoh: tahanan diberikan pada
shoulder sehat saat pasien gerak elevasi scapula bilateral dengan harapan
timbul reaksi asosiasi trunk sisi hemiplegik.
Selanjutnya adalah latihan elevasi scapula
unilateral (sisi hemiplegik). Bila pasien tidak melakukan secara aktif, terapis
memberi bantuan dengan cara memberi support pada lengan pasien kemudian
digerakkan elevasi. Terapis memerintahkan pasien untuk memprtahankan posisi
elevasi scpula.misal ”tahan, pertahankan shoulder anda jangan sampai mendorong
ke bawah. ”rangsangan atau fasilitasi dapat dilakukan perkusi (ketukan-ketukan)
atau mengusap-usap (stroking) pada m.upper trapezius. Setelah beberapa kali
latihan, berikan latihan kontraksi essentrik yaitu dengan cara memerintahkan
pasien menggerakkan shoulder (dari posisi elevasi) ke bawah pelan-pelan . tahap
berikutnya latihan kontraksi konsentrik dengan cara memerintahkan pasien
menggerkkan shoulder telinga.
Elevasi scapula aktif dapat merangsang
komponen fleksor dan cenderung inhibisi m.pectoralis major . caranya adalah,
pasien mengelevasikan scapula saat terpis mengabduksikan (disertai gerak rotasi
eksternal) shoulder pasien dan supinasi forearm. Lakukan gerakan ini berapa
kali. Yang perlu diperhatikan adalah adanya rasa nyeri atau subluksasi pada
shoulder. Gerakan ini diharapkan dapat menimbulkan komponen extensor synergy.
Timbulnya komponen extensor synergy yang
kuat (m. Pectoralis major) dapat dirangsang dengan cara tahanan pada proksimal
elbow sisi sehat saat shoulder gerak horizontal-adduksi.
Adanya tonnus yang berlebihan pada fleksor
elbow mengakibatkan kesulitan dalam menimbulkan ekstensor elbow. Beberapa cara
dilakukan untuk menimbulkan ekstensor elbow dengan cara ’rowing’ dan’ weight
bearing’.
Rowing
- terapis
dan pasien duduk berhadapan
- silangkan
kedua lengan anda (terapis) sehingga tangan anda bisa menggenggam tangan
pasien, tangan kiri anda dan tangan kiri pasien.
- berikan
tahanan saat pasien pronasi yaitu lengan sehat bergerak kearah lutut
hemepegik. Hal ini dapat merangsang timbulnya reaksi asosiasi ekstensi
elbow pada sisi hemiplegik.
- dalam
waktu bersamaan, berikan gerak ekstensi lengan hemiplegik kearah lutut
sehat.
- masih
memegang tangan pasien, arahkan gerak ke fleksi yang di kombinasi dengan
supinasi.
- ulangi
step 3 s/d 5 sampai anda mersakan
adanya gerak ekstensi aktif lengan hemiplegik.
- kemudian,
berikan tahanan secara bilateral
- kemudian,
penguatan usaha gerak voluntary anggota gerak hemiplegik dengan cara
memerintahkan pasien mempertahankan melawan tahanan pada anggota gerak
yang sakit
- fasilitasi
ekstensor dengan cara mendorong ke belakang lengan hemiplegik ke arah
fleksi elbow , yang menyebabkan ’quick strech’ pada triceps
Weight bearing
Dapat diberikan bila ekstensor synergy dapat
terlihat (timbul) pada saat ’gerak aktif’
- dalam
posisi duduk, perintahkan pasien condong ke depan dengan lengan ekstensi
yang trsupport pada busa
- berikan
gosokan (stroking) atau ketukan (tapping) pada tendon m. Triceps saat
pasien mencoba mempertahankan weight bearing dengan kedua elbow ekstensi.
- bila
berhasil, perintahkan weight bearing lebih ditekankan pada lengan
hemiplegik
- berikan
ketukan /gosokan pada tendon m. Triceps lagi
- dalan
posisi weight bearing unilateral berikan aktifitas fungsional seperti
menahan potongan kayu ketika sedang menggergaji , pukulan palu, melukis,
mencuci/membersihkan permukaan besar seperti meja/lantai.
Synergy datang dari kontrol volunter, yang
digunakan dalam aktifitas fungsional. Ekstensor synergy dapat digunakan untuk
stabilisasi obyek saat bekerja.
Fleksor synergy dapat digunakan fungsional untuk
membantu dalam membawasebuah benda, seperti tas tangan, tas kantor dll.
Aktifitas menarik dan mendorong, keduanya memperkuat synergy, menganyam,
menytrika dan sanding adalah aktifitas-aktifitas yang menggunakan fleksor dan
ekstensor synergy alternately dan repeattedly.
Transisi dari tahap III ke tahap IV
tujuannya adalah merangsang gerak deviasi dari sinergi. Contoh: bila pasien
sudah mulai konsisten mampu ekstensi elbow, selanjutnya terapis mengarahkan
gerakan menjauhi pola ekstensor sinergi dengan cara menggerakkan abduksi shoulder
dengan elbow ekstensi. Gerakkan ini akan memutus sinergi adduksi shoulder
terhadap ekstensi elbow dan abduksi shoulder terhadap fleksi elbow. Adanya
gerak aktif abduksi shoulder dengan elbow ekstensi menunjukkan bahwa sinergi
sudah tidak mendominasi lagi.
Anggota gerak atas : tahap IV dan V
Tahap IV à
Tujuan treatment adalah untuk
mengkondisikan synergy, yaitu merangsang voluntary yang mengandung komponen
kedua synergy dengan cara menambah variasi gerak yang mengarah pada deviasi
synergy. Rangsangan proprioseptif dan eksteroseptif masih digunakan pada stage
ini namun refleks dan reaksi asosiasi
sudah tidak digunakan.
Gerak deviasi synergy pertama pada stage
IV adalah tangan ke punggung, dengan kombinasi shoulder abduksi (flexor
synergy) dengan elbow ektensi dan forearm pronasi (external synergy) . Gerak
ayunan lengan dan rotasi trunk akan mempermudah gerak ini, dan akan lebih mudah
bila dilakukan dengan berdiri (kalau balance bagus). Bila gerak ini tidak dapat
full . stroking pada dorsal tangan dapat digunakan untuk merangsang gerak
voluntary. Contoh aktifitas fungsional : memakai iakt pinggang, memperagakan
renang gaya crawling.
Gerak deviasi kedua : fleksi shoulder ke
arah horizontal dengan elbow ekstensi.
Bila tidak mampu gerak aktif full, terapis dapat
membantu. Ketika bergerak, tapping (ketukan-ketukan) dapat diberikan pada
m.deltoid anterior dan midlle. Stroking dapat diberkan pada triceps untuk
mempertahsnksn ekstensi elbow. Gerak ini
dilakukan berulang. Contih aktivitas : bentuk permainan di dinding.
Gerak deviasi ketiga : pronasi dan
supinasi dengan elbow fleksi 90 derajat. Supinasi tidak akan menjadi masalah
bila tidak spastik. Problem biasanya terjadi ketika harus menggabungkan pronasi
(ekstensor synergy) dengan fleksi (fleksor synergy). Contoh aktifitas : memutar
skup, blok printing, dll.
Tahap V à
Bila aktivitas tahap IV sudah konssisten,
baru aktivitas tahap V diberikan kepada pasien. Pola gerak yang dilakukan
pasien pada tahap V ini harus semakin menjauhi synergy. Usaha gerak berlebihan
harus dihindari agar tidak terjadi gerak stereotip. Gerak selalu diarahkan ke
gerakan fungsional dan urutan gerakan harus diperhatikan. Yang perlu
diperhatikan jangan memberi tarikan pada sendi gleonohumeral.
Gerakan pertama yang dilakukan dalam tahap
V adalah mengangkat lengan kearah horizontal, yang dikombinasi full abduksi
shoulder dengan elbow ekstensi. Bila dapat disempurnakan diasosiasi komponen
sinergi. Bila otot masih dibawah synergy, lengan akan menimpang kearah
horizontal adduksi bila elbow extend atau elbow akan fleksi ketika shoulder
diabduksikan.
Gerakan kedua yaitu lengan diatas kepala
untuk mencapainya scapula harus rotasi keatas, serratus anterior harus menahan
dengan spesifik.
Gerakan ketiga adalah supinasi dan pronasi
(eksternal dan internal rotasi) dengan elbow extend. Untuk mencapai kontrol
yang baik digunakan kedua tangan dalam aktivitas yang menarik untuk pasien
meliputi supinasi dan pronasi dalam posisi lengan yang bervariasi. Semua
aktivitas pada tahap IV dan V menggunakan aktivitas yang berati dan menarik.
Apabila penyembuhan stroke cepat,
kemungkinan pasien dapat mencapai tahap VI, namun banyak pasien yang tidak bisa
mencapai tahap VI dengan sempurna. Twitchell (1951) menyebutkan bahwa bila
dalam waktu 10 hari dapat sembuh pada tahap III dan IV maka ia akan ” recovery
complete”.
Retraining kontrol Tangan dan Pergelangan tangan
Teknik latihan untuk mengembalikan fungsi
tangan dilakukan terpisah karena tangan berbeda thapan dalam penyembuhan dengan
lengan. Gerak tangan membutuhkan kontrol kortikal secara langsung dengan kata
lain penyembuhan tadak terjadi jika corticospinal pada umumnya diliputi stoke.
Bila tangan tidak dapat aktif fleksi
jari-jari (tahap I) dan menggenggam (tahap II) maka dapat dirangsang dengan
reaksi asosiasi gerakan menggenggam kuat pada sisi sehat atau dengan
mengadduksikan scapula. Pada hemiplegi, biasanya fleksi wrist disertai gerak
menggenggam tangan, sehingga perlunya dikembangkan stabilitas ekstensi wrist.
Cara paling mudah untuk pasien untuk stabilisasi ekstensi wrist adalah elbow
ekstensi, sehingga latihan dimulai dengan posisi elbow ekstensi dan wrist
disupport oleh terpis. Ekstensor wrist dapat difasilitasi dengan memerintahkan
gerak menggenggam. Bila sudah dulakukan perintahkan pasien untuk
mempertahankannya. Tapping untuk ekstensor wrist digungkkan untuk fasilitasi.
Untuk berubah dari tahap III ke IV maka
spastisitas fleksi jari harus dikurangi dan dikembangkan ekstensi jari dengan
cara sebagai berikut :
1. Buka genggaman tangan pasien dengan cara
menggerakan dan mempertahankan ibu jari dalam posisi ekstensi dan abduksi
2. Ibu jari masih dalam posisi tersebut,
forearm gerakkan pronasi-supinasi pelan-pelan
3. Berikan stimulasi kutaneuspada dorsum
tangan pada saat gerak supinasi
4. Dengan forearm masih dalam posisi
supinasi, berikan uluran ekstensor jari-jari dengan cepat dan berulang dengan
cara memfleksikan MCP
5. Ulangi
terus sampai fleksor releks
6. pronasi forearm pelan-pelan dan elevasi
lengan diatas rizontal untuk merangsang respon ekstensor jari-jari (Souque’s
phenomenon)
7. Sentuhan pada dorsum tangan dan forearm
pada saat pasien mencoba ekstensi
8. Setelah jari-jari dapat bergerak ekstensi
volunter dengan posisi lengan terangkat, turunkan lengan secara bertahap
9. Bila ada keterbatasan gerak ekstensi,
ulangi semua gerak diatas
10. Berikan kesempatan untuk aktifitas ” reach
and pick up” benda yang besar dan melepaskannya lagi
Anggota gerak bawah
Pola jalan, digunakan dalam prinsip persiapan untuk berjalan dan
ambulasi dideskripsikan juga oleh brunnstom. Prinsip ini direspon oleh fisioterapi.
Asumsi Brunnstrom yaitu :
·
Reflek
spinal dan reflek kortikal hilang dan berubah menjadi gerak bertujuan
·
Reflek
dan gerak pola primitive digunakan untuk fasilitasi gerak volunter
·
Stimuli
propioseptif dan eksteroseptive dapat digunakan untuk membuat tonus normal
·
Recovery
gerak volunter dapat terjadi secara urut dari pola gerak kasar fleksor atau
ekstensor ke gerak sinergis (gerak sepanjang ekstremitas bila ada stimuli atau
ada usaha gerak volunter)
·
Melakukan
aktivitas daily living mempercepat proses belajar
Prisip :
·
Treatment
dilakukan sesuai dengan perkembangan reflek ke gerak volunter ke gerak
fungsional
·
Reflek,
reaksi asosiasi, fasilitasi propioseptif dan eksteroseptif digunakan untuk
menimbulkan tonus otot guna persiapan gerak volunter
·
Bila
usaha gerak volunter berhasil diperintahkan kepada pasien untuk kosentrik
kemudian dilanjutkan esentrik dan terakhir kosentrik
·
Gunakan
gerakan kebalikan (contoh; fleksi ke ekstensi) disetap sesi treament
·
Gunakan
aktivitas yang dapat dilakukan oleh pasien
·
Pengulangan
DAFTAR PUSTAKA
·
Trombly
Catherine A, Occupational Therapy for
Phisical Dysfunction, Lippincott William & Wilkins, 2002, USA
·
Pedretti
Lorraine Williams, Occupational Therapy
Practice Skill for Phisical Dysfunction, ed 4, Mosby-Year Book, 1996, Missouri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar